Penyebab Autoimun yang Penting Diketahui - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

1/12/25

Penyebab Autoimun yang Penting Diketahui


Denpasar, dewatanews.com - Penyebab autoimun secara umum memang belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang bisa membuat seseorang lebih rentan terkena penyakit ini. Dengan mengetahui dengan menghindari penyebabnya, risiko Anda untuk terkena penyakit ini pun bisa berkurang.

Dilansir dari situs pafikajen.org sebagai Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI), penyakit autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan, sehingga menyerang sel dan jaringan tubuh yang sehat. Padahal, sistem imunitas atau kekebalan tubuh berfungsi untuk melawan kuman, virus, parasit, serta zat berbahaya yang terpapar dengan tubuh. 

Ada banyak sekali penyakit yang tergolong sebagai penyakit autoimun. Namun, beberapa penyakit autoimun yang umum terjadi di antaranya adalah:

  1. Rheumatoid arthritis
  2. Lupus
  3. Sindrom Sjögren
  4. Diabetes tipe 1
  5. Alopesia areata
  6. Penyakit Grave
  7. Vaskulitis
  8. Penyakit radang usus
  9. Anemia hemolitik
Untuk mengetahui penyebab autoimun, diperlukan serangkaian pemeriksaan yang meliputi tanya jawab riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, seperti Rontgen dan tes darah. Tes ini dilakukan untuk mengukur tingkat peradangan, keberadaan antibodi tertentu, dan mendeteksi organ atau jaringan tubuh yang terganggu.

Penyebab autoimun sebenarnya belum dapat dipastikan. Para ahli tidak mengetahui secara pasti bagaimana bisa sistem imun menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh. Meskipun penyebab autoimun tidak sepenuhnya dipahami, ada beberapa faktor yang diketahui berperan dalam memicu kondisi ini.

Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab autoimun:

1. Genetik
Apabila orang tua atau salah satu anggota keluarga Anda mengalami penyakit autoimun, risiko Anda terkena gangguan kesehatan ini akan lebih tinggi. Pasalnya, gen tertentu dapat memengaruhi cara sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang jaringan tubuh sendiri.

2. Infeksi
Beberapa jenis infeksi dapat memicu respons imun yang berlebihan dan menjadi penyebab autoimun. Beberapa contoh kuman dan virus yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun di antaranya adalah virus Epstein-Barr, virus hepatitis, virus Corona, dan bakteri Escherichia coli. 

Saat melawan infeksi, sistem imun mungkin menyerang sel tubuh sendiri yang mirip dengan bagian virus atau bakteri. Kesalahan ini disebut sebagai molecular mimicry. Selain itu, infeksi juga bisa membuat sistem imun menjadi terlalu aktif, sehingga memicu kerusakan pada jaringan tubuh.

3. Paparan Bahan Kimia atau Obat-obatan 
Walaupun tidak selalu terjadi, beberapa jenis obat, seperti statin, antibiotik, obat tekanan darah, dan antidepresan, memiliki efek samping berupa gangguan autoimun. Obat-obatan ini dapat menyebabkan sistem imun menjadi terlalu aktif atau keliru menyerang sel-sel tubuh yang sehat.

Selain itu, paparan polutan dan bahan kimia beracun yang berlebihan juga bisa meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun. Hal ini karena paparan bahan kimia tersebut dapat mengganggu keseimbangan sistem kekebalan tubuh dan memicu peradangan.

4. Gaya Hidup
Gaya hidup tidak sehat, seperti kebiasaan merokok dan sering mengonsumsi minuman beralkohol, bisa menjadi salah satu penyebab autoimun yang sering terabaikan. Kandungan rokok dan karbon monoksida yang dihasilkan rokok dapat merusak jaringan tubuh dan menyebabkan peradangan jangka panjang, yang akhirnya memicu penyakit autoimun, seperti multiple sclerosis.

Sementara itu, konsumsi minuman beralkohol dapat memengaruhi keseimbangan bakteri di usus yang akan berdampak pada cara sistem imun merespons patogen. Konsumsi minuman beralkohol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tiroid autoimun, diabetes tipe 1, lupus, artritis reumatoid, dan multiple sclerosis.

5. Kekurangan Nutrisi
Kurangnya asupan vitamin D bisa menjadi penyebab autoimun. Selain membantu penyerapan kalsium dalam tubuh, vitamin D juga berperan dalam mengoptimalkan fungsi imunitas tubuh. Kekurangan vitamin ini bisa membuat imun kehilangan kontrol, sehingga memicu penyakit autoimun.

Selain itu, kekurangan zat besi juga membuat sistem imun lebih mudah menyerang jaringan tubuh sendiri. Padahal, nutrisi ini diperlukan untuk produksi dan fungsi sel imun.

6. Stres Berkepanjangan
Autoimun bisa terjadi karena stres yang berlangsung terus-menerus dan tidak diatasi dengan baik. Stres kronis akan mengaktifkan produksi hormon kortisol secara berlebihan.

Kortisol berperan dalam membantu mengatur peradangan. Namun, jika stres berlangsung lama, mekanisme ini dapat terganggu. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menjadi tidak seimbang sehingga membuat peradangan tidak terkendali dan meningkatkan risiko munculnya penyakit autoimun.

7. Paparan Polusi
Lingkungan juga turut berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya penyakit autoimun. Paparan polusi berkepanjangan, misalnya dari asap kendaraan, pabrik, pembakaran hutan, atau pembakaran sampah, diketahui bisa merusak kinerja sistem kekebalan tubuh. Hal ini lama-kelamaan bisa membuat orang yang sering terpapar polusi lebih rentan terkena penyakit autoimun.

Memang belum ada cara yang pasti untuk mencegah penyakit autoimun sepenuhnya. Meskipun begitu, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko mengalami gangguan kesehatan ini, seperti:

  1. Lakukan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, mendapatkan waktu tidur yang cukup, tidak merokok, dan menjauhi minuman beralkohol.
  2. Atasi stres dengan cara yang baik, misalnya menulis jurnal, mencoba hal yang baru, yoga, atau latihan mindfulness.
  3. Hindari paparan penyakit infeksi dengan cara menjaga kebersihan dan menghindari kontak dengan orang sakit.
  4. Gunakan masker saat berada di luar rumah untuk menghindari paparan polusi udara.
Jika Anda memiliki faktor risiko untuk terkena penyakit autoimun, berkonsultasilah dengan dokter secara berkala untuk deteksi dini.

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com