Denpasar, dewatanews.com - Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) dan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar terpaksa membatalkan acara Dialog Kebangsaan yang sedianya dijadwalkan menghadirkan kedua pasangan calon gubernur Bali, setelah Paslon 01, Mulia-Pas, dipastikan tidak hadir. Pembatalan ini diumumkan secara resmi melalui surat Undiknas nomor 1088/II-4/UND/XI/2024 pada 13 November 2024.
"Demi menjaga netralitas kampus sebagai institusi independen, kami memutuskan untuk membatalkan Dialog Kebangsaan ini. Kami menghaturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan ini," ujar Rektor Undiknas, Prof. Dr. Ir. Nyoman Sri Subawa, dalam surat pembatalannya, Kamis (14/11).
Senada dengan itu, Ketua Panitia dari ISI Denpasar, Kadek Eky Virji, juga menyampaikan pembatalan acara melalui surat resmi kepada kedua pasangan calon. "Karena tidak semua pasangan calon bisa hadir, maka Uji Publik ini terpaksa kami batalkan," tulisnya.
Publik Bali, khususnya kalangan akademisi, merasa kecewa dengan pembatalan ini. Dialog Kebangsaan seharusnya menjadi momen penting bagi kedua paslon untuk menyampaikan pandangan mereka terkait isu kebangsaan dan pembangunan Bali ke depan.
"Kami kecewa. Sebagai pemilih, ini kesempatan langka untuk melihat bagaimana kedua paslon merespons isu-isu strategis yang krusial bagi Bali," ujar seorang mahasiswa yang enggan disebutkan namanya.
Keputusan Undiknas dan ISI Denpasar untuk membatalkan acara, alih-alih tetap mengundangnya dengan hanya menghadirkan Koster-Giri dari Paslon 02, juga menuai kritik. Ketidakhadiran Mulia-Pas dianggap semakin memperkuat persepsi negatif terkait komitmen mereka terhadap dialog publik.
"Ketidakhadiran Mulia-Pas merugikan mereka sendiri. Publik bisa saja menilai bahwa mereka menghindari kesempatan untuk berdialog langsung, terutama mengenai isu-isu fundamental terkait kebangsaan," terang Gus Wawan, tokoh muda milenial.
Gus Wawan menambahkan bahwa ketidakhadiran ini hanya akan memperburuk citra Mulia-Pas menjelang pemilihan yang semakin dekat.
"Ini menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat. Publik berharap di forum berikutnya, kedua paslon bisa hadir, agar kami bisa menilai program mereka secara objektif," pungkasnya.
Acara Dialog Kebangsaan ini sejatinya diharapkan menjadi panggung penting bagi masyarakat Bali untuk melihat langsung visi dan misi kedua kandidat dalam memajukan Bali, terutama di bidang kebudayaan dan pembangunan berkelanjutan.
Namun, pembatalan ini justru menjadi antiklimaks yang mengecewakan banyak pihak, khususnya kalangan mahasiswa yang ingin mendengar langsung gagasan dari kedua pasangan calon gubernur.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com