Denpasar, dewatanews.com - Banyak buah yang berakhir menjadi limbah, sementara di sisi lain, kebutuhan akan energi terbarukan semakin mendesak. Mengolah buah sisa lungsuran menjadi bioethanol adalah inovasi yang tidak hanya memberikan solusi terhadap masalah limbah, tetapi juga menciptakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut disampaikan akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa, I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si saat dikonfirmasi di Denpasar pada Minggu (20/10/2024)
Menurut Muliarta, buah lungsuran, seperti pisang, kelapa, atau mangga, sering kali merupakan hasil dari upacara adat atau tradisi yang tidak terpakai. Buah-buah ini, yang seharusnya dapat dimanfaatkan, justru terbuang sia-sia. Mengolahnya menjadi bioethanol bisa menjadi langkah cerdas dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.
“pemanfaatan atau pengolahan sisa upacara ini dapat menjadi sebuah usaha pengelolaan sampah, bukan saja mengurangi, tetapi juga mengoptimalkan sumberdaya alam. Harapanya sumber daya alam digunakan secara maksimal, tanpa ada bahan yang terbuang percuma” kata Muliarta.
Muliarta menjelaskan pembuatan bioethanol dari buah sisa lungsuran melibatkan beberapa tahap yang relatif sederhana. Pertama, buah-buahan yang tidak terpakai dikumpulkan dan dibersihkan dari kotoran. Setelah itu, buah tersebut dihancurkan untuk memudahkan proses fermentasi. Gula alami yang terkandung dalam buah akan difermentasi dengan bantuan ragi. Selama proses fermentasi, gula diubah menjadi alkohol.
Proses selanjutnya adalah destilasi, di mana alkohol yang dihasilkan disaring untuk mendapatkan bioethanol dengan kadar kemurnian yang tinggi. Hasil akhirnya adalah bioethanol yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, baik untuk kendaraan maupun untuk keperluan industri.
Muliarta mengungkapkan mengolah buah sisa lungsuran menjadi bioethanol jelas membawa manfaat ekonomi yang signifikan. Petani dan masyarakat lokal di daerah pedesaan dapat memanfaatkan limbah buah untuk menciptakan produk bernilai tinggi tanpa perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk bahan baku. “Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal” ujar Muliarta.
Selain itu, pengolahan bioethanol juga membuka peluang kerja baru dalam sektor pengolahan dan distribusi. Masyarakat lokal dapat terlibat dalam proses produksi, mulai dari pengumpulan buah hingga distribusi bioethanol ke pasar. Ini tidak hanya memberikan pendapatan tambahan, tetapi juga mengurangi pengangguran di daerah tersebut.
Muliarta menegaskan pengolahan buah sisa lungsuran menjadi bioethanol dapat membantu mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh sampah organik. Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari tanah dan air, serta menjadi sumber emisi gas rumah kaca. “Dengan memanfaatkan limbah ini, kita dapat mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dan, pada saat yang sama, menghasilkan energi terbarukan” jelasnya
Bioethanol sebagai bahan bakar juga memiliki keuntungan dibandingkan bahan bakar fosil. Penggunaan bioethanol dapat mengurangi emisi karbon dioksida, yang merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global. Dengan beralih ke bioethanol, kita berkontribusi pada upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.
Muliarta mengakui meskipun gagasan ini menjanjikan, terdapat beberapa tantangan dalam implementasi pengolahan buah sisa lungsuran menjadi bioethanol. Salah satu tantangan terbesar adalah kurangnya pengetahuan dan teknologi di kalangan masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan dan sosialisasi yang efektif untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam proses pengolahan ini.
Selain itu, infrastruktur yang memadai juga menjadi faktor kunci. Pengolahan bioethanol memerlukan alat dan mesin yang sesuai untuk memastikan proses berjalan dengan baik. Pemerintah, bersama dengan sektor swasta, perlu berkolaborasi untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan serta memberikan dukungan finansial bagi para pelaku usaha kecil.
Dukungan dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan ide ini. Dengan teknologi yang tepat dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. “Mari kita ubah cara pandang kita terhadap buah sisa lungsuran; alih-alih membuangnya, kita olah dan manfaatkan untuk masa depan yang lebih baik” ungkap Muliarta.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com