Gianyar, dewatanews.com - Penghargaan atas karya seni, hingga mendapatkan rekor MURI Literasi Art Policing pantas untuk dibanggakan. Adalah karya Irjen Pol. Prof. Dr. Chryshnanda Dwilaksana, M.Si. / Kasespim Limdiklat Polri, yang hari ini mulai dipamerkan di Museum Arma Ubud Gianyar, Bali mulai hari inipun hingga 14 Juli 2024.
Bertajuk "Taksu Sehat Jiwa Raga" inipun menjadi perhatian pengunjung, bahkan tidak sedikit pejabat mulai PJ. Gubernur Bali, S. M Mahendra Jaya, Pj Bupati Gianyar, Dewa Tagel Wirasa dan pejabat lainnya dari Polda Bali ikut menyaksikan pbulaan pameran ini.
PJ. Gubernur Bali menyampaikan kebanggaannya bisa bertemu dan hadir di Bali, bertepatan dengan bulan budaya. "Secara kebetulan prof, di Bali kini sedang berlangsung bulan budaya," sambutnya.
Sang perupa, yang juga Kasespim Limdiklat Polri, Chryshnanda Dwilaksana, seni menjadi tanda karya manusia yang memiliki taksu atau jiwa imajinasi dan hati karya yang dibuat dengan sepenuh hati akan mentransformasikan jiwanya.
Karyanya menjadi karya jiwa dan didalam karyanya ada jiwanya taksu dapat ditangkap dalam dialog jiwa dengan dan indera menjadi makna di balik yang nampak dalam rupa.
Bagaikan getar dawai rasa menggerakkan hati, dari mata turun ke hati dan memunculkan imajinasi jiwa. "Disitu pula karya dan lorong lorongnya dipahami sebagai refleksi jiwanya, Jiwo ketok atau jiwa yang nampak," kata sang maestro S Sudjojono.
Sedangkan pameran dengan tema Taksu (Bahagia Sehat Jiwa Raga) yang di gelar dari tanggal 03 Juli hingga 14 Juli 2024 di ARMA Ubud Bali merupakan karya jiwa, dan di dalam karya tersebut adalah refleksi jiwa Chryshnanda Dwilaksana Jendral Polisi Bintang dua dan menjabat sebagai Kasespim (Kepala Sekolah Kepemimpinan) POLRI yang masih aktif.
Di Tengah kesibukan sebagai abdi negara, juga aktif di berbagai komunitas-komunitas seni di Jakarta dan sekitarnya, Yogyakarta, Bandung, kali ini meluas ke Bali.
Energi Taksu melimpah yang luar biasa dan sebanyak 135 lukisan dengan berbagai ukuran yang terdiri dari 45 lukisan konvensional dan 90 lukisan kecil sebagai katartik Cuilian Jiwa.
Keyakinan yang begitu tinggi untuk menanam dan menyemai di kanvas-kanvas jiwanya menjadikan kutub, magnet yang kuat, untuk menarik positivitas hidup dan menghidupi.
Dunia yang luas berada pada bentangan kanvas kosongnya, Cryshnanda Dwilaksana memahami bahwa seni adalah media bagaimana cara berpikir bukan cara melukis. Sehingga kemerdekaan dalam melepaskan ide dan gagasan pada kanvasnya menggelontor saja tanpa ada kompromi atau permisi pada teori.
Kedepan hasil karyanya berharap bisa dinikmati semua kalangan bahkan di tingkat dunia sekalipun. (DN - Sty)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com