Pemanfaatan Limbah Dapur Sebagai Biopestisida - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

10/26/23

Pemanfaatan Limbah Dapur Sebagai Biopestisida



Denpasar, dewatanews.com - Pada umumnya limbah dapur belum dimanfaatkan dan terbuang secara sia-sia. Limbah dapur adalah limbah yang berasal dari sisa bahan makanan yang akan diolah. Beberapa limbah dapur terbuang percuma seperti Potongan Sayur hijau, cangkang telur, ampas kopi dan teh, kulit bawang merah, bawang putih, sereh dan sebagainya. 

Terdapat beberapa limbah dapur yang bisa dijadiakan sebagai bahan bio-pestisida contohnya kulit bawang merah, kulit bawang putih, dan sereh.limbah seperti kulit bawang merah dan putih sering kita jumpai di pasar-pasar maupun di dapur limbah tersebut sering kali hanya dipandang sebelah mata oleh Masyarakat karena menurut mereka limbah tersebut tidak memiliki manfaat dari segi ekonomis sedangkan jika diolah dengan tepat limbah tersebut dapat bermanfaat dan dapat menghemat pengeluaran kita karena limbah tersebut dapat di manfaatkan sebagai biopestisida alami Kulit bawang merah telah dikenal secara tradisional sebagai sumber pestisida alami. Kulit bawang merah termasuk limbah yang dihasilkan dari bawang merah.

Bawang merah memiliki karakteristik senyawa kimia, yaitu senyawa kimia yang dapat merangsang keluarnya air mata jika bawang merah tersebut disayat pada bagian kulitnya dan senyawa kimia yang mengeluarkan bau yang khas. Beberapa kandungan yang terdapat dalam kulit bawang merah yang dapat berfungsi sebagai pestisida alami antara lain: Quercetin Sebagai salah satu flavonoid yang ditemukan di banyak tanaman, quercetin dikenal memiliki sifat antioksidan, antiinflamasi, dan antimikroba. 

Di dalam konteks pestisida, quercetin dapat menghambat pertumbuhan serangga dan mikroorganisme penyebab penyakit pada tanaman. Disulfida Senyawa ini dikenal memiliki aktivitas pengusiran serangga dan bisa berfungsi sebagai pestisida kontak. Saponin Senyawa ini ditemukan di banyak tanaman dan dikenal memiliki efek insektisida terhadap beberapa serangga hama. Allicin Meskipun lebih dikenal terkait dengan bawang putih, allicin juga ditemukan dalam beberapa jenis bawang lainnya, termasuk bawang merah. Allicin dikenal memiliki sifat antimikroba. 

Esen Minyak Bawang Dikenal memiliki efek repelen atau pengusiran terhadap beberapa jenis serangga.Senyawa Fenolik Senyawa ini memiliki sifat antioksidan dan dapat berfungsi sebagai antimikroba. Limbah kulit bawang putih kaya akan kalium, kalsium, dan fosfor.Dan kandungan dari sereh yaitu antioksidan, flavonoid dan senyawa fenolik seperti luteolin, glikosida, kuersetin, kaempferol, eliminin, catecol, asam chlorogenic, dan asam caffeic dan berikutnya ada bahan sereh. Kandungan kimia yang paling banyak terkandung dalam sereh adalah 35% Sitronela dan 35-40% Graniol. 

Dalam kehidupan sehari-hari, bawang merah dan bawang putih tidak bisa lepas untuk bumbu- bumbu masakan. Kulit bawang merah dan bawang putih seringkali dibuang begitu saja. Jadi menurut saya jika imbah-limbah tersebut tidak di manfaatkan dengan maksimal maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan. 

 Hal ini menjadikan limbah kulit bawang merah menjadi tertumpuk, berserakan dan terbuang sia-sia.Di sisi lain, limbah kulit bawang ternyata memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga menjadi lebih bermanfaat. Kulit bawang merah yang berwarna, mengindikasikan bahwa kulit bawang merah mengandung zat-zat polifenol dan bahan kimia lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan aktif farmasi. 

Kulit bawang merah, bawang putih dan sereh sering di pandang sebelah mata, padahal jika memiliki niat dan skil bahan-bahan tersebut dapat bermanfaat bagi kita dan orang di sekitar kita. daripada hanya dibuang begitu saja lebih baik dimanfaatkan sebagai pestisida alami ( biopestisida) yang dapat mengusir hama seperti kutu putih dan walang sangit selain itu sisa-sisa dari pembuatan pestisida tersebut bisa di manfaatkan Kembali sebagai pupuk dengan cara menaburkan sisa kulit bawang dan sereh tersebut ke media tanam langsung. Limbah kulit bawang ini bisa dijadikan pupuk organik berbentuk cair. 

Pupuk NPK termasuk juga pupuk urea atau ZA yang sering digunakan petani dapat digantikan oleh pupuk limbah kulit bawang merah.
Bahan:

1. Kulit bawang dan sereh secukupnya.
2. 1 liter air.
3. Sabun cair, fungsi sabun cair disini hanya sebagai perekat ( opsional )

Cara Pembuatan:

1. Pemilihan Kulit Bawang dan sereh : Pilih kulit bawang dan sereh yang kering dan bersih dari kotoran.
2. Rendam: Ambil kulit bawang dan rendam dalam 1 liter air selama sekitar 24 jam.
3. Saring: Setelah direndam, saring larutan kulit bawang dengan menggunakan saringan halus atau kain tipis untuk memisahkan kulit bawang dari airnya.
4. Tambahkan Sabun Cair (jika menggunakan): Tambahkan beberapa tetes sabun cair ke dalam larutan. Ini akan membantu pestisida melekat pada daun tanaman dan hama yang diincar. Namun, pastikan untuk tidak menggunakan terlalu banyak sabun agar tidak merusak tanaman.
5. Penyimpanan: Tuang larutan ke dalam botol semprot. Anda dapat menyimpan sisa larutan di dalam kulkas untuk meningkatkan daya tahan simpannya.
6. Penggunaan: Semprotkan larutan pada tanaman, terutama pada bagian bawah daun dimana hama sering bersembunyi. Pastikan untuk mengaplikasikannya saat cuaca tidak terlalu panas, seperti pada pagi atau sore hari.

Biopestisida adalah pestisida yang berasal dari bahan-bahan alami, seperti mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan. Adapun beberapa manfaat menggunakan biopestisida:

1. Ramah Lingkungan: Biopestisida biasanya lebih cepat terurai di alam dibandingkan pestisida sintetis. Hal ini mengurangi risiko pencemaran lingkungan dan residu kimia berbahaya pada tanaman.
2. Mengurangi Residu pada Makanan: Dengan penggunaan biopestisida, makanan yang dihasilkan memiliki kemungkinan lebih rendah mengandung residu pestisida yang berbahaya bagi konsumen.
3. Dukungan bagi Pertanian Berkelanjutan: Biopestisida mendukung model pertanian yang berkelanjutan dengan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis.

Penting untuk diingat bahwa meskipun pestisida ini alami, harus tetap berhati-hati dalam penggunaannya dan pastikan untuk mencuci tangan setelah menyemprotkan atau berkontak dengan larutan. Selain itu, lakukan uji coba pada sebagian kecil tanaman sebelum menyemprotkan seluruh tanaman untuk memastikan tanaman tidak bereaksi negatif terhadap pestisida. 

Selain itu karena bahan yang digunakan juga sangat berbahaya bagi diri sendiri karena jika pestisida tersebut di semprotkan dengan tidak beraturan dan mengenai mata bisa menyebabkan perih bahkan iritasi.

Mungkin menurut kebanyakan orang pestisida alami tidak seampuh pestisida kimia yang di jual di toko-toko pertanian karena dijaman yang modern ini semua orang memilih jalan yang cepat dan praktis tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi pada lingkungan jika terus bergantung kepada pestisida yang terbuat dari bahan kimia tersebut. 

Contoh dampak yang disebabkan oleh penggunaan pestisida kimia adalah punahnya mikro organisme tanah seperti cacing dan rusaknya unsur hara di dalam tanah. Selain itu menggunakan pestisida kimia yang berlebihan atau terus menerus pada tanaman akan menyebabkan nutrisi dari buah atau sayuran yang kita konsumsi tidak higienis dan tidah baik untuk di konsumsi dalam jangka waktu yang lama karena mengandung bahan kimia dari pestisida yang digunakan. Maka dari itu kita sebagai generasi muda harus mulai denganlangkah kecil untuk peduli pada lingkungan sekitar kita.

Artikel Opini oleh : I Made Sukma Wardana

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com