Dulang Batok Ciri Khas Desa Petandakan Beromset Puluhan Juta Perbulan - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

9/17/23

Dulang Batok Ciri Khas Desa Petandakan Beromset Puluhan Juta Perbulan



Buleleng, dewatanews.com - Kabupaten Buleleng adalah salah satu wilayah utara Pulau Bali yang memiliki sektor industri kreatif yang terus berkembang pesat sampai saat ini. Banyak produk dari industri kreatif yang dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif orang Buleleng yang bertalenta.

Terlebih karena mayoritas penduduk Pulau Dewata ini adalah penganut agama Hindu sehingga banyak bermunculan usaha-usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi alat-alat kelengkapan untuk menggelar upacara atau sembahyang seperti dulang dan peralatan sembahyang lainnya.

Berbicara lebih jauh tentang dulang dan kerajinan tangan lainnya, pria yang satu ini juga mempunyai segudang kreatifitas yang dihasilkan oleh tangan terampilnya. Beliau adalah Bapak Gede Merta Sariada dari Desa Petandakan Kabupaten Buleleng.

Ditemui di kediamannya, Kamis (14/9), Gede Merta menuturkan bahwa usaha yang dirintisnya mulai tahun 1997 ini berawal dari usaha turunan dari mendiang kakeknya terdahulu. Dulunya, usahanya hanya membuat mebel berbahan kayu kelapa yang dibantu oleh 3 karyawannya yang beralamat di "Nyiur Indah" Jalan Pulau Menjangan, Banjar Pondok Desa Petandakan Kabupaten Buleleng.

Tak hayal usahanya pun sering mengalami pasang surut. Puncaknya pada tahun 2002 silam seluruh Bali sedang berduka akibat ledakan bom dari teroris yang meluluh lantakkan pariwisata Bali bahkan Indonesia yang mengakibatkan usahanya sempat vakum. Seiring berjalannya waktu dan perekonomian Bali mulai tumbuh, usaha Gede Merta pun mulai ikut merangkak naik. 

"Titik awal kejayaan usaha saya dimulai dari tahun 2007. Terbesit dipikiran saya untuk membuat dulang dan bokor mengingat di Bali produk tersebut sering digunakan dalam upacara keagamaan. Saya mulai mencoba berinovasi membuat dulang dan bokor dengan ciri khas tersendiri dengan berbahan dasar pohon mangga dan bermotif batok kelapa secara ototidak," tuturnya.


Diluar prediksi, usahanya itu terbilang sangat sukses hingga kini. Orderan dan pesananpun banyak berdatangan dari berbagai daerah di Bali. Dimana waktu itu, usaha dulang batok ini meraup omset hingga 35 juta perbulan dengan rata-rata memproduksi produk 300 biji perbulannya.

Namun tidak bertahan lama, nasib malang kembali menimpa Gede Merta. Berselang beberapa tahun usahanya kembali tertimpa masalah global yaitu pandemi Covid-19. Fisik dan pikirannya pun kembali diuji, satu per satu karyawannya terpaksa diberhentikan hingga omsetnya menurun drastis menyentuh 20 - 25 juta perbulannya.

Dengan sejuta pengalaman yang dimiliki, pasang surut usaha tidak lah menjadi penghalang bagi Gede Merta. Dirinya sangat percaya diri, semua akan berlalu dan akan mengalami masa kejayaan kembali. Semangatnya Ini sangat patut dicontoh oleh pengusaha lainnya, sehingga melalui kegigihannya itu usahanya kini mulai bangkit kembali sampai saat ini.

Kembali kepembahasan pembuatan dulang, saat ditanya secara teknis awal pembuatan dirinya menerangkan langkah awal yang dia lakukan adalah pemilihan bahan baku yang tepat, dari berbagai macam bahan baku yang pernah dipakainya seperti kayu pohon wani, durian dan mangga. Dirinya memilih menggunakan kayu dari pohon mangga, semua itu tidak tanpa alasan karena baginya kayu pohon mangga memiliki tekstur kayu yang lebih kuat, alasan itulah yang menjadikan kerajinan miliknya memiliki ketahanan dengan jangka waktu yang panjang.

Diakui Gede Merta pembuatan dulang dan bokor yang dia buat melalui proses yang rumit dan cukup lama dan terdiri dari berapa tahapan proses produksi yang harus mempunyai keterampilan khusus. Mulai mengumpulkan bahan kayu, proses pembuatan dulang dan bokor, pengobatan meredam bokor agar tidak mudah dimakan rayap, oven, pengaplasan dan terakhir finishing.

Selain pembuatan dulang batok, masih banyak kerajinan yang dihasilkan oleh tangan kreatifnya seperti kerajinan tempat lampu, bokor, sangku dan yang lainnya. Tentunya dengan ciri khas tersendiri dengan menggunakan motif atau variasi batok kelapa. Harganya pun relatif terjangkau kisaran harga mulai dari 35 ribu hingga 1 jutaan.

Namun usaha dulang batok ini hanya bersifat lokalan saja. Mengingat produk tersebut mayoritas di gunakan oleh umat hindu di Bali. "Pesanannya hanya di Daerah Bali saja, karena mayoritas masyarakat hindu menggunakannya. Bahkan sempat ada yang pesan dari Lampung juga," jelasnya.

Untuk pemasarannya, Gede Merta hanya menjajakan produknya di kediamannya dan lewat media sosial dengan alamat Nyiur Indah Singaraja. Namun kerap juga menerima servis dulang dan sistem ambil lalu dijual untuk memberikan peluang bagi warganya mencari pundi-pundi rupiah.

Ke depan harapan besarnya ingin dia sampaikan kepada pemerintah agar selalu memperhatikan para perajin sehingga bisa dengan semangat lagi mencipkan kreatifitas kerajinan tangan yang baru dan selalu mengikut sertakan hasil kerajinan di event atau pameran yang secara tidak langsung bisa membantu mempromosikan produknya.

Ditemui ditempat terpisah, Perbekel Desa Petandakan Wayan Joni Arianto mengatakan bahwa pemerintahan desa sangat mengapresiasi usaha yang digeluti Bapak Merta Sriada yang sudah dirintisnya belasan tahun itu. Selain menjadi salah satu produk unik khas desa, usaha ini juga secara tidak langsung menampung beberapa warga desa untuk mendapat pekerjaan.

Sebagai bentuk perhatian dari pihak desa, Mekel Joni senantiasa bersama aparat desa selalu memberi dukungan dengan cara membantu mempromosikan produk batok kelapa ini disetiap event di tingkat desa, kabupaten maupun di provinsi.

"Setiap ada event kami akan ajak pelaku usaha ini. Sehingga saat ini produk dulang batok ini mulai dikenal hampir diseluruh Bali karena memilki keunikan tersendiri," jelasnya.

Mekel Joni menuturkan bahwa saat ini, Desa Petandakan memilik 3 kelompok usaha yang menekuni dulang batok ini, dimana Gede Merta Sriada lah yang menjadi pelopor utamanya. Diharapkan, di Desa Petandakan, para generasi muda bisa menjaga dan melestarikan produk khas desa ini guna mewujudkan "One Village One Produk,". 

"Itu yang akan kita dikembangkan dan lestarikan. Semoga masyarakat kami mampu menjaga dan melestarikan produk unik cikal bakal khas Desa Petandakan ini," pungkasnya. (Mdy/Suy).

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com