Denpasar, dewatanews.com - Sekretaris Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK) Provinsi Bali, I Made Rentin mengapresiasi kehadiran sosok Prof. Djohermansyah Djohan, atau yang sering disapa Prof. Djo yang hadir di Bali memberikan wejangan dan arahan kepada jajaran pemerintahan.
“Disamping itu, kami juga memohon pencerahan mengenai isu-isu otonomi daerah terkini kepada Prof Djo,” tandas Rentin dalam Seminar dan Bedah Buku “Koki Otonomi, Kisah Anak Sekolah Pamong” di Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, Denpasar pada Jumat (10/2) siang.
Rentin yang juga menjabat Kalaksa BPBD Provinsi Bali ini juga mengharapkan kiat dan sharing pengalaman dari Prof. Djo, yang juga dikenal sebagai pakar di bidang otonomi daerah di indonesia tersebut. “Juga terkait kondisi politik yang menghangat belakangan ini jelang pesta demokrasi 2024 dan berakhirnya masa jabatan kepala daerah tahun ini, termasuk di Bali,” kata Rentin. “Masukan-masukan berharga dari Prof. Djo juga sangat kami harapkan untuk mengakomodasi aspirasi-aspirasi di masyarakat kami, terkait desa dan desa adat di Bali,” imbuh Rentin.
Rentin juga sangat mengharapkan pula masukan terkait Prof. Djo yang memulai karirnya dari eselon V dengan pangkat ll B hingga menduduki eselon I sebagai Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri dengan pangkat golongan ruang IV/e.
Sementara itu, Prof. Djo yang juga Guru besar IPDN sekaligus Presiden i-Otda, mengungkapkan Isi dari buku ini berisikan pelajaran hidup dan karir yang dijalani oleh Prof. Djo yang di mulai dari beberapa kota di Sumatera Barat hingga akhirnya sampai ke pusat.
Prof. Djo, menjelaskan, buku ini ditulis untuk mengisi kekosongan buku biografi tokoh pemerintahan. Juga berisi pengalamannya menyaksikan dan merasakan perjalanan desentralisasi pemerintahan sejak era Soekarno. Hingga melanglang buana dan terlibat dalam tim perumus sejumlah produk hukum terkait Otda. “Kita sebagai pamong, harus mengayomi semua dengan ikhlas. Pamong harus berkecimpung di bidang yang dipahami dan dimengerti tekuni dunia itu,” kata Prof. Djo.
Pria asal Sumatera Barat ini juga menyinggung soal Otonomi daerah yang banyak jadi isu hangat dan diperbincangkan di daerah. Dimana seringkali terjadi tumpang tindih, antara kepentingan lokal atau daerah dan kepentingan-kepentingan pemerintah pusat. “Kuncinya adalah seimbangkan kepentingan lokal dan nasional. Jangan juga otonomi daerah lantas menghadirkan ‘raja raja kecil’, jika dimaknai secara berlebihan,” katanya.
“Otonomi daerah diibaratkan menggenggam anak ayam. Terlalu kencang kita genggam akan mati, namun jika direnggangkan genggamannya akan lari.jadi desentralisasi harus balance agar kepentingan nasional tetap terpenuhi dan kepentingan lokal bisa berjalan,” imbuhnya.
Seminar dan Bedah Buku “Koki Otonomi, Kisah Anak Sekolah Pamong’ tersebut, selain dihadiri perwakilan staf di pemprov Bali, juga dihadiri perwakilan pemerintah kabupaten/Kota se-Bali serta DPRD Provinsi dan Kabupaten/kota. Hadir pula Sekretaris Daerah Kabupaten / Kota se-Bali, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Bali, Kepala Biro Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Bali, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten/Kota se-Bali.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com