Buleleng, dewatanews.com - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi keresahan di tengah masyarakat seiring dengan kenaikan harga bahan pokok. Untuk itu, Perumda Pasar Argha Nayottama Kabupaten Buleleng dilibatkan dalam pengendalian inflasi daerah di Kabupaten Buleleng terkait pasokan bahan pokok dalam hal ini cabai yang terdistribusi di Pasar Rakyat.
Dikonfirmasi di ruang kerjanya, Made Agus Yudiarsana selaku Direktur Utama Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng, Jumat, (9/9) menerangkan strategi Perumda yang dipimpinnya dalam pengendalian inflasi di daerah yaitu dengan melakukan intervensi berupa penyetaraan harga pada komoditi cabai yang dijual oleh pedagang di bawah naungan manajemen Perumda Pasar Argha Nayottama Buleleng. Agus akan menerapkannya pada dua pasar besar di Buleleng yaitu Pasar Anyar dan Pasar Banyuasri.
Dua pasar tersebut dipilih karena dianggap menjadi pasar induk yang menjadi objek pengendali harga pasar di daerah yang lebih kecil Kabupaten Buleleng. Dan terbukti hasil intervensi yang juga melibatkan produsen tersebut menjadikan harga cabai pada saat bulan Juli itu diturunkan dari harga yang sebelumnya 100 ribu/kg menjadi 62 ribu/kg.
Agus menambahkan, selain melakukan intervensi kepada pedagang pasar, Perumda Pasar Argha Nayottama melakukan strategi berupa pembukaan gerai pada dua pasar besar di Buleleng tersebut sebagai bentuk pengawasan sekaligus acuan harga kepada pedagang di pasar. Hal tersebut dinilai efektif karena dapat meminimalisir ketimpangan harga antara pedagang besar dan pedagang kecil yang ada di pasar-pasar tersebut.
“Kami menggencarkan strategi model itu terutama kepada pedagang-pedagang yang menjadi bagian dari pengelolaan kami,” ungkap Agus.
Disinggung mengenai dukungan dari pemerintah, pihaknya telah memperoleh stimulus subsidi untuk moda transportasi pengangkut cabai dari lingkup petani ke pengepul hingga sampai ke pasar. Agus optimis stimulus itu dapat menjaga harga cabai tidak naik secara fluktuatif seperti bulan Juli 2022 kemarin.
Selain dukungan dari pemerintah melalui stimulus subsidi transportasi tersebut, pihaknya mengatakan jika kebijakan pemerintah yang menghimbau desa untuk menanam cabai pada lahan 10 are per desa dinilai efektif dalam menanggulangi inflasi di daerah dengan mekanisme yang bekerja sama bersama BUMD serta menggerakkan masyarakat lokal di daerah tersebut disamping nantinya akan menjadi sumber pendapatan juga bagi desa.
“Pemasok kebutuhan cabai lokal yang kita miliki untuk saat ini yaitu berasal dari Desa Pakisan,” terangnya.
Di pengujung Agus berharap dengan adanya kenaikan BBM ini tidak berpengaruh besar terhadap kenaikan harga cabai di pasar dengan tetap gencar menerapkan strategi penanggulangan guna menjaga harga tersebut tetap stabil. Di samping itu, Agus mengharapkan dukungan dari seluruh stakeholder terkait agar ikut mengawasi alur sebelum distribusi ke pasar seperti halnya langsung dengan tempat produksinya yang di mana itu dinilai efektif sebagai langkah preventif untuk menangani inflasi.
“Mudah-mudahan dengan langkah yang kita terapkan itu dapat menekan harga cabai imbas dari kenaikan BBM,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com