Kalimantan, dewatanews.com - Indonesia memiliki reputasi buruk sebagai pencemar plastik terbesar kedua di dunia, menghasilkan sekitar 7,8 juta ton sampah plastik setiap tahun, 4,9 juta ton di antaranya salah kelola. Meskipun pemerintah Indonesia sejak tahun 2015 telah mencanangkan inisiatif gerakan kesadaran sampah nasional, namun belum ada upaya terkoordinasi di tingkat lokal untuk mendidik masyarakat Indonesia tentang perlunya mengurangi konsumsi plastik sekali pakai dan pentingnya membuang sampah dengan benar. manajemen di komunitas mereka.
Namun, ada pengecualian yang mencolok, di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan, di mana pemerintah daerah telah bertahun-tahun berurusan dengan masalah sampah plastik dan pada tahun 2021 menerapkan sistem pengelolaan sampah berbasis ekonomi. Sebagian besar keberhasilannya dapat dikreditkan kepada Bupati Hulu Sungai Tengah, H Aulia Oktafiandi yang telah melembagakan banyak inisiatif lokal di kabupatennya.
Mendengar kerja dari MUDFISH NO PLASTIC, sebuah LSM yang berbasis di Bali, Pak Oktafiandi pada Maret 2022 mengunjungi kantor pusat mereka di Kabupaten Gianyar untuk mempelajari lebih lanjut tentang program pendidikan mereka. Oleh karena itu, terciptalah kerjasama untuk mengimplementasikan kurikulum lingkungan hidup MUDFISH NO PLASTIC dan pencemaran plastik yang dikembangkan untuk workshop anak-anak yang dijalankannya di Bali, kini diterapkan di setiap sekolah di Hulu Sungai Tengah.
Tahap pertama proyek, yang akan berjalan selama dua tahun, dimulai pada 2 dan 7 Juni 2022 dengan Program Pelatihan Pendidik yang ekstensif untuk 40 Guru dari 20 sekolah yang berbeda. Salah satu peserta workshop, Bapak Faridi, guru SD It Al Khair Barabai mengatakan, informasi dan teknik yang diberikan akan sangat berguna untuk masa depan dan penting bagi pendidikan anak-anak di sekolahnya. Usai workshop, Mora Siregar, Co-Director MUDFISH NO PLASTIC mengatakan.
“Saya sangat senang melihat antusiasme para guru yang menghadiri workshop, dan saya yakin mereka merasakan urgensi dan memiliki semangat untuk membagikan apa yang mereka pelajari. dari MUDFISH NO PLASTIC bersama murid-muridnya," ungkapnya.
Proyek Hulu Sungai Tengah dirancang oleh MUDFISH NO PLASTIC berdasarkan pengalaman sebelumnya melatih para pendidik di Bali bekerja sama dengan East Bali Poverty Project, sebuah yayasan nirlaba di Padangsambian, Bali. Proyek tersebut memberikan 13 guru (untuk tingkat SD, SMP dan SMA) informasi lingkungan yang penting untuk dibagikan kepada siswa. Subyek meliputi plastik sekali pakai dan hubungannya dengan kesehatan dan lingkungan. Selain itu, pendidik diberikan kegiatan kelas untuk digunakan termasuk pelajaran, kuis, kegiatan seni dan kerajinan, dan pemutaran video.
Kolaborasi di Kalimantan dan di Bali merupakan langkah penting untuk memperluas pendidikan pemuda di Indonesia agar mereka memahami masalah polusi plastik sekali pakai dan pembuangan sampah yang tidak tepat, dan mengubah perilaku mereka sendiri, dan semoga semua orang di komunitasnya.
MUDFISH NO PLASTIC yang telah menyelenggarakan workshop tentang polusi untuk anak-anak di Bali, Jawa, Sumbawa, dan Lombok sejak tahun 2017, berkomitmen untuk memperluas jangkauan program pelatihan guru ke seluruh kabupaten di Indonesia dan menerima pertanyaan dari tokoh masyarakat yang ingin memperluas kurikulum sekolah mereka untuk memasukkan informasi yang sangat dibutuhkan ini tentang polusi plastik dan metode untuk menguranginya di tingkat lokal.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com