Oleh Ni Nengah Karuniati
Denpasar, dewatanews.com - Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Pusat, Dr. M Budi Djatmiko saat mempresentasikan tantangan perguruan tinggi di era Society 5.0 di Denpasar belum lama ini melontarkan pernyataan yang menarik. Seperti dilansir dari laman redaksi9.com, dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat ini, perguruan tinggi membutuhkan seorang pemimpin "perusak kampus" atau seorang Chief Disruption Officer (CDO).
Ilustrasinya seperti ini, di era pandemi Covid-19 ini, perusahaan-perusahaan besar berlomba mencari seorang Chief Executive Officer (CEO) yang handal untuk menjalankan roda bisnisnya, maka saatnya kampus membutuhkan seorang CDO, seorang "pemimpin perusak kampus" yakni sosok yang mampu melakukan inovasi dan adaptasi dengan perubahan serta melabrak zona nyaman yang ada di kampus selama ini.
Pernyataan itu tidak berlebihan, terlebih di tengah derasnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang mengharuskan kita untuk adaptif terhadap segala perubahan yang terjadi. Belajar dari jaringan hotel internasional seperti JW Marriott, Hilton, Westin yang dibangun dangan biaya triliunan rupiah, kini dikendalikan oleh 'marketplace' Traveloka, Pegipegi, Mister Aladin dan Agoda yang mungkin hanya membutuhkan anggaran Rp 1 miliar untuk pengembangan sistem aplikasinya.
Tapi mereka kini justru menjadi pemilik ribuan hotel di seluruh dunia tanpa harus susah payah membangun hotel. Hal ini tak akan jauh berbeda, jika kampus konvensional yang saat ini berdiri megah juga akan mengalami nasib yang sama seperti hotel, dikendalikan oleh kampus 'online' yang mengandalkan teknologi.
Kepemimpinan secara terminologis sering diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh pemimpin untuk memengaruhi pengikutnya, agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Peranan pemimpin sangat vital dalam suatu kelompok tertentu, karena tanpa sumbangsih mereka, tidak akan ada penggerak roda dalam sebuah organisasi. Seorang pemimpin harus mampu menggerakkan bawahan agar tujuan tersebut dapat terwujud. Jika tidak mampu mengimplementasikan tujuan tersebut, maka kepemimpinannya dianggap gagal total.
Realitas saat ini adalah banyak sekali pemimpin yang tidak mampu menjalankan roda organisasi dan mewujudkan tujuan kehidupan berorganisasi dengan baik. Banyak pemimpin yang bersikap kurang tegas, sehingga suasana menjadi tidak kondusif.
Terlebih saat sebuah organisasi dalam kondisi carut-marut, permasalahan yang dihadapi adalah pemimpin yang kurang tegas. Pemimpin yang tidak tegas, tentu saja akan mudah dipengaruhi pihak luar dan kebijakan yang lahir juga seringkali terjadi akibat adanya intervensi dari pihak lain.
Kepemimpinan yang baik dan efektif dalam suatu organisasi adalah model kepemimpinan yang bisa membawa dan mengemban arah organisasi menjadi lebih baik dan mampu memberikan kontribusi kesejahteraan bagi masyarakat dan bawahannya. Keberhasilan seorang pemimpin, tidak diukur dari seberapa lama ia memimpin, namun dari seberapa produktif ia berusaha dan meraih prestasi maksimal bagi kesejahteraan bersama.
Tidak kalah penting adalah sebaik apa seorang pemimpin mampu membawa lokomotif organisasinya. Jadi kita membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki konsep, visi dan aksi terhadap perubahan.
Pemimpin yang berkarakter pada 2021 ini, adalah dambaan semua orang di negeri ini. Pemimpin yang berkarakter sangat diperlukan agar bisa menciptakan kondisi organisasi yang stabil. Seorang pemimpin yang memiliki karakter yang kuat, tidak akan mudah terpengaruh dari luar.
Selain itu, mereka juga lebih punya ketegasan, integritas, dan bisa menjaga moralnya. Inti atau karakter dalam kepemimpinan adalah nilai religius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu yang tinggi, memiliki semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan kerja, memiliki kepedulian sosial dan bertanggung jawab.
Karakter-karakter inilah yang menjadi pilar dan fondasi-fondasi utama kepemimpinan sekaligus dasar di mana hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Di tengah pandemi Covid-19 ini yang berdampak pada ambruknya perekonomian, tentu saja kita membutuhkan pemimpin-pemimpin yang berkarakter.
* Penulis adalah dosen Stispol Wira Bhakti Denpasar
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com