Buleleng, dewatanews.com - Kabupaten Buleleng, Bali melakukan panen perdana varietas benih padi M70D atau Moeldoko 70 Day. Varietas ini dipastikan dapat menghasilkan lebih dari delapan ton gabah kering per hektarnya.
Panen perdana dilakukan langsung oleh Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra dalam panen padi demplot M70D di Subak Buug, Desa Sari Mekar, Kecamatan Buleleng, Jumat (13/11).
Ditemui usai panen perdana, Sutjidra menjelaskan, sejak pertama kali dikenalkan oleh Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, M70D bisa menghasilkan 8,8 ton dari satu hektar sawah.
"Varietas ini sangat menjanjikan. Nantinya, jika bisa terjadi intensifikasi dan optimalisasi lahan pertanian tentu bisa meningkatkan produksi beras di Buleleng sehingga adalagi lumbung pangan baru di Buleleng,” jelasnya.
Di Subag Buug ini lazimnya panen padi yang didapatkan dengan varietas lain mengalami kendala cukup banyak. Para petani hanya bisa mendapatkan hasil panen kurang dari 50 persen. Adanya varietas baru ini telah dirasakan manfaatnya oleh para petani. “Di tengah kondisi lahan yang kritis dimana kekurangan air, varietas M70D tersebut dapat bertahan dengan hasil panen di atas rata-rata,” ujar Sutjidra.
Sutjidra yang juga selaku Dewan Pembina HKTI Kabupaten Buleleng ini juga berharap kepada Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng yang bekerja sama dengan HKTI Buleleng agar mempersiapkan kebutuhan bibit M70D kepada para petani di Buleleng. Kedepannya kita berharap kesejahteraan petani dapat meningkat juga. “Melalui kerja sama dengan HKTI, diharapkan petani dapat merasakan dampak ekonominya,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng I Made Sumiarta setelah panen berlangsung mengatakan bahwa demplot seluas 20 are ini digagas oleh HKTI Buleleng. Hal ini dilakukan untuk mencoba suatu inovasi guna menunjukkan kepada para petani dan sekaligus membandingkan dengan varietas lain yang pernah ditanam. Bahwa padi dengan jenis M70D ini sangat cocok untuk ditanam dimana, seberapa jauh ketahanan terhadap penyakit dan seberapa besar jumlah produksinya. Percobaan dilakukan di daerah atas, tengah, dan bawah. Begitu juga dengan kondisi di daerah air yang melimpah, sedang dan kurang. Penanaman di Subag Buug, dengan ketersedian air yang terbatas, ternyata hasilnya cukup lumayan dan kurang lebih sekitar lima ton. “Jika dibandingkan dengan varietas-varietas lain sudah pasti ini cukup menjanjikan dan sangat potensi untuk dikembangkan,” katanya.
Varietas ini memiliki keunggulan dengan mulai untuk dipanen kurang lebih umur 75 hari sudah dapat dilakukan panen setelah semai. Sedangkan varietas lain kurang lebih 100 hari setelah semai baru dapat dilakukan panen.
Inovasi-inovasi Distan kedepan adalah memberikan pemahaman kepada petani bagaimana bertani secara organik. Dengan pemanfaatan produk-produk nabati yang dikenal dengan Pestisida Nabati (Pesnab). Selain itu juga bagaimana pemanfaatan pupuk organik dapat lebih digencarkan lagi. “Kedepannya juga, saya harapkan kepada HKTI untuk segera mempersiapkan bibit padi M70D ini, mengingat ketika para petani mulai antusias pasti permintaan akan bibit semakin tinggi,” ungkap Made Sumiarta.
Disisi lain, Ketua HKTI Buleleng I Ketut Mertaya juga mengatakan bahwa M70D ini bisa panen empat kali dalam setahun. Namun, sesuai kondisi dan situasi panen baru dapat dilakukan setelah 75 hari. HKTI Buleleng akan terus berkoordinasi dengan Kadistan. “Dan juga Wakil Bupati Buleleng selaku Dewan Pembina HKTI agar program ini dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan,” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com