Denpasar, dewatanews.com - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menyampaikan bahwa wisata bahari masih menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Bahkan, di tengah pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir, wisata bahari bisa menjadi alternatf di tengah mati surinya sektor pariwisata Bali.
Pendapat tersebut disampaikan Wagub Cok Ace pada kegiatan silaturahmi Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang dirangkai dengan temu wirasa pelaku wisata bahari di atas geladak kapal Annecha Sailing Catamaran yang berlayar di perairan Pantai Mertasari Sanur, Denpasar pada Jumat (9/10).
Mengawali paparannya, Cok Ace yang juga menjabat sebagai Ketua PHRI Bali ini menyampaikan bahwa dalam pekembangannya, sektor pariwisata telah melewati pasang surut dengan berbagai dinamika. Menurutnya, sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, tahun 2019 merupakan puncak perkembangan pariwisata Bali dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 6,3 juta orang. “Jika saja tak ada pandemi, tahun ini kunjungan wisatawan kita targetkan tembus di angka 7 juta,” katanya.
Lebih jauh Penglingsir Puri Ubud ini mengurai, daya tarik Bali meliputi tiga hal yaitu budaya, keindahan alam dan objek wisata buatan. “Bila dikelompokkan, 60 persen wisatawan datang ke Bali untuk menikmati budaya, 25 persen tertarik dengan keindangan alam dan 15 persen punya minat mengunjungi objek wisata buatan,” bebernya. Bila dicermati, ujar Cok Ace, wisata bahari termasuk kelompok daya tarik keindahan alam dengan porsi kunjungan wisatawan cukup besar.
“Tak menutup kemungkinan, mereka yang ke Bali untuk menikmati budaya juga menyempatkan waktu untuk berkunjung ke objek wisata bahari,” tambahnya.
Pada bagian lain, Guru Besar ISI Denpasar ini menyebut, sejauh ini potensi wisata bahari belum digarap dengan maksimal. Jika tak tekendala pandemi, Pemprov Bali sejatinya telah menyiapkan skenario pengembangan wisata bahari.
Agar pengembangannya lebih terarah, Pemprov Bali telah merampungkan Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Tahun 2020-2040 yang sudah disetujui dewan dan kini menunggu verifikasi Kemendagri. Dengan adanya Perda ini, Pemprov akan punya kewenangan untuk mengelola kawasan pesisir.
“Salah satu program yang sebenarnya sudah dirancang adalah trip keliling Bali melalui jalur laut, saya kira ini akan menjadi potensi usaha yang bagus sekaligus mengoptimalkan pengembangan potensi wisata bahari kita,” ujarnya. Hanya saja, program tersebut saat ini masih terhambat pandemi Covid-19.
Kendati demikian, Cok Ace berharap agar pelaku usaha wisata bahari tak patah semangat. Dalam pengamatannya, daya tarik wisata alam sangat potensial dikembangkan di tengah pandemi.
“Seperti yang kita ketahui, daya tarik budaya seperti pagelaran kesenian dan prosesi upacara seperti ngaben agak kontradiktif dengan protokol kesehatan karena umumnya bersifat kolektif, susah jaga jarak. Untuk tarian, memang sudah disiasati dengan penggunaan masker pada tari kecak dan face shield pada tari pendet, namun itu agak mengganggu estetika tarian,” urainya.
Dalam situasi ini, menurutnya daya tarik wisata alam , salah satunya bahari bisa jadi menjadi alternatif dan memiliki daya jual. Terkait dengan kunjungan wisatawan khususnya manca negara, Cok Ace meminta pelaku usaha untuk bersabar. Selain terkait regulasi dalam negeri, sejumlah negara yang menjadi pasar pariwisata Bali juga masih memberlakukan lockdown.
“Yang jelas, pemerintah tak tinggal diam. Kami terus berupaya mengendalikan penyebaran Covid-19 dan mengatasi kontraksi ekonomi agar tak makin dalam,” ucapnya. Untuk itu, ia mengharapkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat agar benar-benar disiplin mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Menurutnya langkah ini sangat penting untuk membangun kepercayaan wisatawan.
Sementara itu, Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyampaikan bahwa tingkat kunjungan wisatawan domestik masih jauh dari harapan. Tingkat kunjungan wisatawan domestik yang secara resmi dibuka mulai 31 Juli 2020 lalu tenyata belum menunjukkan angka yang signifikan. Menurutnya hal ini disebabkan masih belum tumbuhnya kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke Pulau Dewata.
“Mereka masih khawatir tertular Covid-19. Kalaupun ke Bali, kelompok middle up dari beberapa daerah khususnya Jakarta lebih mamilih menyewa atau membeli villa dan mereka tidak kemana-mana,” ucapnya. Mencermati situasi tersebut, pria yang akrab disapa Gus Agung ini mengajak masyarakat mematuhi anjuran pemerintah untuk disiplin menerapkan prokes pencegahan Covid-19.
Dalam sesi diskusi, pelaku usaha wisata bahari Iwan JP Syahlani menyampaikan bahwa ia menghadapi tantangan yang sangat berat di tengah pandemi. Bila situasi ini masih berlangsung hingga 3 bulan ke depan, ia yakin banyak pelaku usaha yang gulung tikar.
Koordinator Presidium KAHMI Bali Umar Ibnu Alkhatab dalam sambutan singkatnya menyampaikan terima kasih atas kesediaan Wagub Cok Ace hadir dalam acara yang sangat sederhana ini. Menurut Umar, kegiatan ini merupakan bentuk inisiatif KAHMI Bali dalam mencari solusi dari persoalan yang dihadapi pelaku usaha wisata bahari di tengah pandemi Covid-19.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com