Denpasar, dewatanews.com - Rombongan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) RI yang dipimpin oleh Sekretaris Kementrian PPN Himawan Hariyoga dalam rangka kunjungan kerja, melaksanakan kegiatan pertemuan bersama Tokoh Mayarakat danTokoh Adat Bali di Balai Adat Pendungan, Br. Pitik, Pedungan, Denpasar, Senin (3/8).
Dalam sambutannya, Sekretaris Kementrian PPN Himawan Hariyoga menyatakan tujuan kegiatan kunker rombongannya kali ini bukan untuk memberikan arahan kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun kab/kota serta masyarakat bali, namun lebih kepada upaya penyerapan aspirasi dari masyarakat yang diwakili oleh parah tokoh masyarakat dan adat di Bali guna menjadi bahan perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan kedepan.
“Prinsip kami dalam perencanaan pembangunan adalah sesering mungkin turun ke instansi, melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Jadi kami tidak hanya mendengar masukan – masukan dari pemerintah daerah, kami ingin mendengar langsung dari masyarakat, mendengar berbagai saran –saran dari bapak ibu sekalian,” ujarnya.
“Saran – saran yang kami harapkan yakni langsung dari para pelaku dilapangan, seperti halnya saat ini ditengah pandemi COvid - 19 yang tak lepas dari peran desa adat di Bali. Ini sangat penting, karena kami ingin perencanaan yang kami buat bisa dilaksanakan dilapangan dan ketika sudah dilaksanakan Bappenas ingin perencanaan tersebut bermanfaat bagi masyarakat,” imbuh Himawan.
Sementara itu Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet yang hadir selaku tokoh desa dan adat di Bali pada kesempatan itu menyampaikan sejarah peranan desa adat yang tidak terpisahkan dengan pemerintahan sejak jaman kerajaan hingga saat ini. Terlebih saat ini, di era kepemimpinan Wayan Koster bersama Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati selaku Gubernur Bali – Wakil Gubernur Bali, peranan desa adat kembali mendapat tempat terdepan guna mendukung program pemerintah dalam upaya menjaga dan memelihara adat, budaya, agama dan adat isti adat kearifan lokal Bali.
“Saat ini Pemprov Bali sangat memperhatikan adat dan budaya Bali, Desa adat diperankan, para pecalang diperankan. Terlebih ditengah terpaan musibah akibat penyebaran virus corona, semua terlibat berintegrasi dengan instansi pemerintahan, masyarakat terlibat dengan tertib mengikuti himbauan, hal itulah yang menghasilkan keberhasilan bali mampu menahan penyebaran Covid – 19. Terlibat membangun Bali, berarti ikut membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta,” tegasnya.
Disisi lain, seorang tokoh masyarakat yang ikut serta dalam acara itu Prof. Made Agus Gelgel Wirasuta, yang saat ini tengah viral karena temuannya berupa ramuan arak bali mampu meringankan dan membantu pengobatan infeksi akibat Covid – 19. Ia pun memaparkan cara kerja ramuan temuannya yang sudah dimanfaatkan dalam proses pengobatan pasien Covid – 19 dan bahkan sudah terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan yang biasanya jika menggunakan peningkatan antibodi pasien membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, namun dengan ramuan arak waktu yang dibutuhkan untuk sembuh hanya 3 hari.
“Dalam lontar usadha bali sudah banyak dimuat ramuan lokal bali, contohnya ramuan yang kami kembangkan. Dalam penanganan pasien covid – 19 ada 2 ramuan yang kami kembangkan, yang pertama yakni ramuan dari daun kelor dan daun ubi merah yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Ramuannya kami inovasi menjadi the agar tidak menimbulkan kesan tidak enak saat diminum, saat ini sudah memiliki ijin edar setelah didaftarkan hak paten oleh Universitas Udayana,” cerita Prof Gelgel seraya menjelaskan ramuan berikutnya yang berbahan dasar arak, yang penemuannya diawali dengan kejadian meningkatnya penyebaran Covid -19 di Desa Serokadan, Bangli, yang lewat salah seorang panglingsir setempat yang juga penekun pengobatan tradisional mendapat pawisik untuk memanfaatkan arak sebagai media pengobatan setelah melakukan meditasi. Info tersebut disampaikan kepada Prof. Gelgel untuk dilakukan riset secara kimia.
“Ramuan yang berikutnya yakni berasal dari arak lokal bali, sebenarnya metode ini sudah tidak asing, dilontar bali juga sudah dimuat, bahkan pengobatan internasional juga memanfaatkan therapy uap arak untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan. Namun hal ini memiliki efek samping, jika kandungan alcohol terkonsentrasi maka akan menimbulkan bahaya terbakar, ini sangat berbahaya, di Amerika banyak dilaporkan kasus terbakar akibat menghirup uap alkohol. Hal inilah yang kembali kami riset dan modifikasi bersama bahan lainnya agar bisa menjadi obat terutama untuk pengobatan virus corona,” tegasnya.
Bukan hanya karena inisiatif sendiri saja, pengembangan ramuan ini menurutnya juga karena dukungan yang besar dari Gubernur Bali Wayan Koster yang mengharapkan adanya pengembangan obat yang berasal dari kearifan lokal mengingat banyak bukti bahwa pengobatan lokal Bali sangat berkhasiat. Belum adanya penemuan anti virus yang benar – benar mampu mencegah, dan ancaman penyebaran yang semakin banyak, ditambah dampak ekonomi yang semakin parah apabila waktu penanggulangan covid – 19 semakin lama, juga menjadi kajian Gubernur Koster dalam mendukung upaya penemuan ini. Dan hasilnya sangat bagus, karena sudah berhasil membantu penyembuhan pasien penderita virus corona.
“Dari penerapannya kami contohkan dari 19 pasien yang positif, setelah mendapat therapi dalam 3 hari yang negatif 15 orang dan 4 orang tetap negatif, artinya memberikan tingkat kesembuhan sekitar 78%. Sejak itulah langsung diperintahkan Gubernur Bal untuk langsung dikerjakan, dan sejak itu pula tingkat kesembuhan terus meningkat. Dari data statistic laju penyembuhan dengan menggunakan ramuan ini dalam 3 hari sebanyak 70% dibanding fase normal yang dalam 2 minggu hanya 50%, ini sangat berguna, berapa banyak biaya yang dapat ditekan untuk penghematan,” jelasnya secara rinci.
Namun dibalik keberhasilan itu, ada beberapa kendala yang masih dihadapi saat ini terkait ijin yang belum terbit sedangkan data yang disampaikan sudah lengkap. Sembari menunggu keluarnya ijin, Prof Gelgel melalui rombongan Bappenas berharap bisa memediasi dengan Kementrian Kesehatan RI untuk mengutamakan temuannya sehingga uji klinisnya cepat terbit, sehingga jika memang layak untuk produksi massal bisa segera didistribusikan untuk membantu penyembuhan pasien covid – 19 di Indonesia bahkan dunia.
Dalam kegiatan bertajuk yakni Peran Kearifan Lokal dan Masyarakat Adat dalam Penanganan Covid-19, Peran Pecalang dalam Menegakkan Protokol Kesehatan dan Pengembangan Obat Tradisional Berbahan arak Bali untuk Terapi Covid-19, turut serta dihadiri oleh pejabat dilingkungan Pemprov Bali diantaranya Kepala Bappeda Litbang Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra selaku narasumber, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Wayan Kun Adnyana selaku moderator, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali I Nyoman Astawa Riadi.
Dalam sambutannya, Sekretaris Kementrian PPN Himawan Hariyoga menyatakan tujuan kegiatan kunker rombongannya kali ini bukan untuk memberikan arahan kepada pemerintah daerah baik provinsi maupun kab/kota serta masyarakat bali, namun lebih kepada upaya penyerapan aspirasi dari masyarakat yang diwakili oleh parah tokoh masyarakat dan adat di Bali guna menjadi bahan perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan kedepan.
“Prinsip kami dalam perencanaan pembangunan adalah sesering mungkin turun ke instansi, melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Jadi kami tidak hanya mendengar masukan – masukan dari pemerintah daerah, kami ingin mendengar langsung dari masyarakat, mendengar berbagai saran –saran dari bapak ibu sekalian,” ujarnya.
“Saran – saran yang kami harapkan yakni langsung dari para pelaku dilapangan, seperti halnya saat ini ditengah pandemi COvid - 19 yang tak lepas dari peran desa adat di Bali. Ini sangat penting, karena kami ingin perencanaan yang kami buat bisa dilaksanakan dilapangan dan ketika sudah dilaksanakan Bappenas ingin perencanaan tersebut bermanfaat bagi masyarakat,” imbuh Himawan.
Sementara itu Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet yang hadir selaku tokoh desa dan adat di Bali pada kesempatan itu menyampaikan sejarah peranan desa adat yang tidak terpisahkan dengan pemerintahan sejak jaman kerajaan hingga saat ini. Terlebih saat ini, di era kepemimpinan Wayan Koster bersama Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati selaku Gubernur Bali – Wakil Gubernur Bali, peranan desa adat kembali mendapat tempat terdepan guna mendukung program pemerintah dalam upaya menjaga dan memelihara adat, budaya, agama dan adat isti adat kearifan lokal Bali.
“Saat ini Pemprov Bali sangat memperhatikan adat dan budaya Bali, Desa adat diperankan, para pecalang diperankan. Terlebih ditengah terpaan musibah akibat penyebaran virus corona, semua terlibat berintegrasi dengan instansi pemerintahan, masyarakat terlibat dengan tertib mengikuti himbauan, hal itulah yang menghasilkan keberhasilan bali mampu menahan penyebaran Covid – 19. Terlibat membangun Bali, berarti ikut membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta,” tegasnya.
Disisi lain, seorang tokoh masyarakat yang ikut serta dalam acara itu Prof. Made Agus Gelgel Wirasuta, yang saat ini tengah viral karena temuannya berupa ramuan arak bali mampu meringankan dan membantu pengobatan infeksi akibat Covid – 19. Ia pun memaparkan cara kerja ramuan temuannya yang sudah dimanfaatkan dalam proses pengobatan pasien Covid – 19 dan bahkan sudah terbukti mampu mempercepat proses penyembuhan yang biasanya jika menggunakan peningkatan antibodi pasien membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, namun dengan ramuan arak waktu yang dibutuhkan untuk sembuh hanya 3 hari.
“Dalam lontar usadha bali sudah banyak dimuat ramuan lokal bali, contohnya ramuan yang kami kembangkan. Dalam penanganan pasien covid – 19 ada 2 ramuan yang kami kembangkan, yang pertama yakni ramuan dari daun kelor dan daun ubi merah yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Ramuannya kami inovasi menjadi the agar tidak menimbulkan kesan tidak enak saat diminum, saat ini sudah memiliki ijin edar setelah didaftarkan hak paten oleh Universitas Udayana,” cerita Prof Gelgel seraya menjelaskan ramuan berikutnya yang berbahan dasar arak, yang penemuannya diawali dengan kejadian meningkatnya penyebaran Covid -19 di Desa Serokadan, Bangli, yang lewat salah seorang panglingsir setempat yang juga penekun pengobatan tradisional mendapat pawisik untuk memanfaatkan arak sebagai media pengobatan setelah melakukan meditasi. Info tersebut disampaikan kepada Prof. Gelgel untuk dilakukan riset secara kimia.
“Ramuan yang berikutnya yakni berasal dari arak lokal bali, sebenarnya metode ini sudah tidak asing, dilontar bali juga sudah dimuat, bahkan pengobatan internasional juga memanfaatkan therapy uap arak untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan. Namun hal ini memiliki efek samping, jika kandungan alcohol terkonsentrasi maka akan menimbulkan bahaya terbakar, ini sangat berbahaya, di Amerika banyak dilaporkan kasus terbakar akibat menghirup uap alkohol. Hal inilah yang kembali kami riset dan modifikasi bersama bahan lainnya agar bisa menjadi obat terutama untuk pengobatan virus corona,” tegasnya.
Bukan hanya karena inisiatif sendiri saja, pengembangan ramuan ini menurutnya juga karena dukungan yang besar dari Gubernur Bali Wayan Koster yang mengharapkan adanya pengembangan obat yang berasal dari kearifan lokal mengingat banyak bukti bahwa pengobatan lokal Bali sangat berkhasiat. Belum adanya penemuan anti virus yang benar – benar mampu mencegah, dan ancaman penyebaran yang semakin banyak, ditambah dampak ekonomi yang semakin parah apabila waktu penanggulangan covid – 19 semakin lama, juga menjadi kajian Gubernur Koster dalam mendukung upaya penemuan ini. Dan hasilnya sangat bagus, karena sudah berhasil membantu penyembuhan pasien penderita virus corona.
“Dari penerapannya kami contohkan dari 19 pasien yang positif, setelah mendapat therapi dalam 3 hari yang negatif 15 orang dan 4 orang tetap negatif, artinya memberikan tingkat kesembuhan sekitar 78%. Sejak itulah langsung diperintahkan Gubernur Bal untuk langsung dikerjakan, dan sejak itu pula tingkat kesembuhan terus meningkat. Dari data statistic laju penyembuhan dengan menggunakan ramuan ini dalam 3 hari sebanyak 70% dibanding fase normal yang dalam 2 minggu hanya 50%, ini sangat berguna, berapa banyak biaya yang dapat ditekan untuk penghematan,” jelasnya secara rinci.
Namun dibalik keberhasilan itu, ada beberapa kendala yang masih dihadapi saat ini terkait ijin yang belum terbit sedangkan data yang disampaikan sudah lengkap. Sembari menunggu keluarnya ijin, Prof Gelgel melalui rombongan Bappenas berharap bisa memediasi dengan Kementrian Kesehatan RI untuk mengutamakan temuannya sehingga uji klinisnya cepat terbit, sehingga jika memang layak untuk produksi massal bisa segera didistribusikan untuk membantu penyembuhan pasien covid – 19 di Indonesia bahkan dunia.
Dalam kegiatan bertajuk yakni Peran Kearifan Lokal dan Masyarakat Adat dalam Penanganan Covid-19, Peran Pecalang dalam Menegakkan Protokol Kesehatan dan Pengembangan Obat Tradisional Berbahan arak Bali untuk Terapi Covid-19, turut serta dihadiri oleh pejabat dilingkungan Pemprov Bali diantaranya Kepala Bappeda Litbang Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra selaku narasumber, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Wayan Kun Adnyana selaku moderator, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali I Nyoman Astawa Riadi.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com