Buleleng, Dewata News. Com - Wakil Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Buleleng, Ny. Ayu Wardhany Sutjidra menekankan, bahwa jumlah anak-anak yang mengalami stunting (masalah gizi) di Kabupaten Buleleng dalam lima tahun terakhir mengalami kecenderungan menurun.
"Angka penyandang stunting diupayakan agar terus diturunkan lagi dengan berbagai cara. Salah satunya dengan pemberdayaan masyarakat desa melalui anggota PKK masing-masing desa",
ungkapnya usai menyampaikan materi dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Pendidikan Keluarga Dalam Rangka Penurunan Angka Stunting yang diselenggarakan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Buleleng, di Gedung Wanita Laksmi Graha Singaraja, pada hari Kamis (17/10).
Ayu Wardhany Sutjidra menjelaskan, PKK sebenarnya memiliki 10 program pokok yang dibagi ke dalam empat kelompok kerja (pokja). Dalam empat pokja tersebut ada pokja yang mengurus tentang kesehatan.
Selama ini, lanjut Ny. Ayu Wardhany Sutjidra, peningkatan kapasitas kader PKK mengenai kesehatan, khususnya stunting telah diberikan dalam bentuk transfer pengetahuan. Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga dilakukan melalui pelatihan pengetahuan tentang pola asuh anak.
“Khususnya mengenai konsumsi yang diberikan kepada anak, sehingga menciptakan generasi yang cerdas,” imbuhnya.
Disamping upaya-upaya mencegah stunting maupun gangguan kesehatan lainnya, Ibu Wakil Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng ini juga menyinggung, terkait penghasilan keluarga juga diharapkan bisa meningkat dan hal ini merupakan bagian dari program pokok PKK, yakni dalam pokja tiga. Sehingga dengan penghasilan yang mencukupi, gizi anak-anak juga semakin terjaga.
Untuk di Buleleng sendiri, lanjutnya, pendekatan-pendekatan kepada masyarakat terus dilakukan agar tidak terjadi stunting lagi di Buleleng.
“Kader sangat berperan disini untuk mentransfer ilmunya kepada masyarakat agar tidak ada lagi stunting di Buleleng,” imbuhnya.
Kepala Seksi Pendampingan Pembelajaran Orangtua, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Suradi yang juga tampil sebagai pemateri mengungkapkan, bimtek dan sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pola asuh anak. Utamanya pada saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Pola asuh pada 1000 HPK, menurut Suradi, tidak hanya berpengaruh pada anak saja, melainkan bagi nusa dan bangsa juga di kemudian hari.
“Karena pola asuh pada 1000 HPK ini akan membentuk intelektual anak-anak pada masa yang akan datang,” ungkapnya.
Disisi lain, Suradi juga menambahkan, selain untuk pengetahuan pola asuh di 1000 HPK, bimtek ini juga sebagai pendidikan khusus bagi para orangtua, karena selama ini tidak ada pendidikan khusus bagi orangtua mengenai pola pengasuhan. Sehingga Kemendikbud RI membuat modul pengasuhan pada ibu hamil, cara menangani anak menyusui 0-12 bulan, dan 13-24 bulan.
“Tiga modul tersebut disampaikan pada bimtek kali ini. Nanti implementasinya di desa seluruh Indonesia dan pelaksanaannya ada pembagian tugas antar lembaga,” imbuh Suradi.
Sementara itu, Asisten Bidang Administrasi Umum Setda Buleleng, Drs. Gede Suyasa, M.Pd mengatakan, permasalahan stunting bukan hanya menjadi domain Dinas Kesehatan saja. Sebab, penanganan stunting juga menjadi domain dinas-dinas lain, termasuk pemerintah desa. Ini dikarenakan yang mengetahui secara riil kondisi warganya adalah pemerintah desa.
“Ini harus dilakukan dengan program-program yang ada di desa. Di dinas-dinas juga dipertimbangkan untuk ada tim penanganan stunting lintas sektoral,” inbuhnya. (DN - TiR).-
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com