Buleleng, Dewata News. Com - Dewan Pimpinan Komisariat (DPK) Perbarindo (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) Kota Denpasar menggelar edukasi dan diklat penanganan kredit bermasalah di Hotel Puri Saron, Denpasar, Jumat (13/09).
Diklat bertajuk “Good Process Good Results: Sirkulasi Penjualan Analisis Kredit dan Penanganan Kredit Bermasalah” ini diikuti lebih dari 60 orang pegawai perwakilan BPR di Kota Denpasar. Sebagai pembicara utama, yakni praktisi perbankan Gusti Made Winata.
Ketua Dewan Pimpinan Komisariat (DPK) Perbarindo (Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) Kota Denpasar Drs. I Made Sumardhana, SE mengatakan, diklat ini untuk menggali upaya-upaya dan pendekatan yang preventif dalam mencegah adanya kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan).
Termasuk juga mengedepankan pendekatan yang lebih persuasif dan kreatif dalam upaya menangani kredit bermasalah. Apalagi ada kecenderungan sebagian nasabah atau debitur mengalami masalah pembayaran.
“Jadi diklat ini sebagai upaya mencari solusi agar ada kesamaan langkah untuk mencarikan jalan keluar agar kredit bermasalah bisa kembali lancar,” ujar Sumardhana yang juga Komisaris Utama PT BPR Bank Pasar Umum ini.
Made Sumardhana mengungkapkan, bahwa pelatihan ini rutin digelar setiap triwulan kepada seluruh anggota Perbarindo Kota Denpasar.
Sebab, menurut Made Sumardhana yang kelahiran Kelurahan Banjar Tegal, Buleleng ini, bahwa Perbarindo juga berperan sebagai pembina agar nasabah bisa memahami, sehingga kewajibannya bisa berjalan lancar.
“Program edukasi dan diklat ini rutin kami laksanakan tiap bulan bagi SDM BPR dalam upaya meningkatkan pelayanan BPR kepada masyarakat,” pungkas Sumardhana.
Praktisi perbankan Gusti Made Winata sebagai pembicara dalam diklat ini mengungkapkan salah satu penyebab kredit bermasalah adalah tidak tepat menganalisis calon debitur yang layak diberikan kredit.
“BPR harus kedepankan tindakan preventif. Cari calon debitur yang baik baik dan dianalisis dengan baik,” ujarnya.
Jadi kuncinya dalam mencegah kredit bermasalah, adalah meningkatkan keakuratan analisis kredit dan identifikasi calon debitur. Ibaratnya mencari debitur seperti mencari pasangan.
“Seorang debitur yang baik ditemukan dengan cara baik. Pendekatannya harus transparan ke arah manfaat. Beri edukasi agar kredit yang diberikan BPR bermanfaat pada nasabah sesuai tujuan semula. Sebab inti kredit bermasalah adalah tidak mencapai pada tujuan awalnya,” paparnya.
Ditambahkannya, kalau ada debitur yang berpotensi jadi NPL, percepat identifikasi nasabah. Kelompokkan mana yang hope (masih punya harapan membayar kredit) dan no hope (tidak ada harapan atau jadi kredit macet/NPL).
“Ada debitur yang masih bisa dibina, karena punya kemauan dan kemampuan serta kooperatif dengan bank. Tapi ada juga yang 'no hope', tidak punya kemampuan dan kemauan membayar,” ujarnya.
Bagi debitur yang masuk NPL dan no hope, maka ada dua pendekatan yang bisa dilakukan. Pertama, Soft Collection misalnya melalui restrukturisasi kredit. Kedua, Hard Collection, keluarkan debitur dari NPL melalui penyerahan jaminan atau pelelangan.
“Intinya cepat lepas NPL yang tinggi,” imbuhnya. (DN - */TiR).--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com