Badung, Dewata News. Com - Penurunan ekspor kerajinan di Indonesia sudah terjadi sejak tahun 2010. Di tahun 2012-2013 krisis tersebut sudah mulai mereda, namun demikian ekspor kerajinan di Bali justru masih terjadi penurunan. Perubahan jaman serta selera pasar generasi saat ini menjadi kendala utama lesunya penjualan maupun ekspor kerajinan.
Hal ini disampaikan Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) Bali Ketut
Dharma Siadja pada acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Penjualan Produk Handicraft dan Program Ekspor, yang digelar oleh Lingkar Media Komunikasi di Hotel Grand Kesambi, Kerobokan, Kuta Utara, Badung
"Berubahnya jaman menjadi kendala. Generasi milenial saat ini lebih suka akan hal seperti gadget maupun yang lainnya. Kaum milenial tidak pernah berpikir seperti orang bali dulu, inpestasi tanah dan lain-lain," ungkapnya.
Dharma Siadja menambahkan, terkait kondisi ini Kita tidak bisa menyalahkan pihak eksportir, namun para pelaku UKM harus berinovasi mengikuti selera pasar.
"Harus disiasati dengan barang yang disukai pasar. Kita tidak boleh berdiam diri, kita harus menjemput bola dan bergerak. Kita harus mengikuti pameran secara selektif. Kami mengharapkan bantuan pemerintah agar tidak mengurangi fasilitas bagi para UKM untuk mengikuti pameran. Karena tidak semua UKM mampu untuk melakukan itu," ujarnya.
Selain itu diharapkan adanya masalah dokumen-dokumen tambahan, bisa segera dipangkas agar mempercepat suatu proses ekspor.
“Jadi, dokumen-dokumen yang mestinya bisa disingkat dan mempercepat ekspor itu agar bisa dipangkas,” imbuh Dharma Siadja.
Sementara Kasi Fasilitasi Ekspor Impor, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali I Gst Nyoman Gede Satria Wibaya mengatakan jika kendala yang dihadapi selama ini adalah kurangnya kemampuan pelaku IKM/UKM dalam melakukan ekspor/import. Selain itu, promosi juga sangat diperlukan.
"Tak hanya itu, akses teknologi juga menghambat pelaku IKM/UKM. Mereka belum siap dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang," jelasnya.
Disampaikan I Gst Nyoman Gede Satria Wibaya, terdapat 10 komuditi ekspor Bali diantaranya Ikan Tuna, Tekstil dan Produk Tekstil, Kerajinan Kayu, Ikan Krapu, Ikan Kakap, Kerajinan Furniture, Kerajinan Perak, Kerajinan Plastik, Kerajinan Logam dan Buah Manggis.
Menanggapi tema diskusi, Kepala Seksi PKC VI Kantor Bea Cukai Denpasar, Eko Rudi Hartono mendukung penuh ekspor UMKM seperti handicraft Bali. Selain Ditjen Bea Cukai juga telah mempermudah proses ekspor kerajinan karena sudah diatur dalam kebijakan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) Industri kecil dan menengah (IKM).
“Fasilitas KITE-IKM ini merupakan kebijakan yang diberikan oleh Bea Cukai berupa insentif fiskal dan kemudahan prosedural untuk impor bahan baku oleh IKM yang menjadikan biaya produksi atas barang jadi yang diekspor dapat ditekan menjadi lebih rendah,” ujar Eko.
Disisi lain, Kabid Penyelenggaraan Pelayanan Perijinan dan Non Perijinan B, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Desak Marhaeni Putri menyampaikan jika selama ini Pemerintah Provinsi Bali selalu mempermudah proses perijinan yang dibutuhkan. Tak hanya itu, segala regulasi untuk mendukung semua itu juga telah dibuat. (DN - NgR)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com