Pengastulan di Kabupaten Buleleng, Bali, memiliki catatan sejarah yang panjang. Salah satu desa di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng ini, terdiri dari empat (4) Dusun atau Banjar Dinas.
Dari empat Banjar Dinas ini, Banjar Dinas Kauman mayoritas dihuni krama atau warga beragama Muslim. Sisanya, tiga Banjar Dinas lainnya, mayoritas krama Hindu.
Desa Pengastulan sesungguhnya memiliki banyak potensi. Sayangnya, beragam potensi tersebut belum digarap serius sejauh ini. Adapun mayoritas masyarakat Desa Pengastulan menyandarkan hidupnya sebagai nelayan.
Dalam catatan, Desa Pengastulan sempat mengalami situasi ketegangan antarbanjar, yang nyaris menjurus ke arah SARA, lantaran adanya perbedaan pandangan sekaligus ego masing-masing. Bahkan kondisi tersebut, beberapa kali terjadi. Namun demikian, situasi tersebut berhasil diredam dengan baik.
Menyadari sejarah panjang Desa Pengastulan ini, para pemuda setempat berusaha untuk merekatkan, sekaligus menguatkan keragaman yang ada melalui seni dan kreativitas. Salah satunya, sebagaimana dilakukan oleh Putu Widyasmita yang akrab disapa Widhy bersama sejumlah seniman lainnya yang menghadirkan lagu berjudul "Pengastulan Bersatu".
Proses pembuatan lagu ini sepenuhnya dibantu personil Dorayaki Band, di antaranya Dexan sebagai gitaris dan menciptakan lagu, Widhy sebagai keyboardist serta Agus sebagai bassist, yang beberapa waktu lalu tampil sebagai Juara 1 HUT ke-414 Kota Singaraja serta Juara 1 di ajang Musik Anak Negeri Karangasem Festival.
Khusus untuk proses pembuatan video klip, dibantu Wayan Sam Pissproject, yang selalu mendukung kegiatan seni dan budaya di Desa Pengastulan.
Lagu ”Pengastulan Bersatu” ini diharapkan menjadi senandung pemersatu bagi warga Desa Pengastulan. Apalagi, lagu ini dinyanyikan oleh warga dari ke-empat Banjar Dinas di Desa Pengastulan.
”Kami sengaja membuat lagu berjudul ”Pengastulan Bersatu”, karena kami ingin berkontribusi membangun desa melalui seni dan kreativitas, sekaligus merekatkan keragaman di Desa Pengastulan," papar Widhy, melalui jaringan telepon di Denpasar, Minggu (16/06).
Dengan demikian, lanjut Widhy, lagu ini dihadirkan untuk tujuan besar membangkitkan seni, budaya dan kreativitas warga di Desa Pengastulan serta mempersatukan kembali warga yang sering terlibat perselisihan.
”Mungkin dulu kami pernah tegang, beda pendapat dan saling ego. Padahal kami tidak sadar, bahwa kami satu desa. Mungkin rasa memiliki desa itu dulunya kurang, sehingga sering terjadi ketegangan antar dusun. Kreativitas di desa, khususnya di bidang seni adat budaya selama ini juga sudah semakin tenggelam. Karena itu, kami coba menggairahkan kembali melalui lagu ”Pengastulan Bersatu” ini", imbuhnya.
Dalam lagu ini, seperti disimak Widhy, nama masing-masing dusun atau banjar diakomodir. Begitu pula dengan nelayan, yang merupakan profesi mayoritas warga Pengastulan. Bahkan, untuk menyanyikan lagu ini, dipilih dari warga di masing-masing banjar.
”Jadi, kami sengaja membuat lagu ini untuk mempersatukan kami di masing-masing banjar, agar ada rasa memiliki Desa Pengastulan dan agar ke depan kami terus mengembangkan rasa memiliki, menghargai dan menjunjung toleransi antar dusun dan agama", jelas Widhy.
”Itu pula sebabnya untuk penyanyi,, kanit ambil semua dari desa,, dari masing-masing banjar. Apalagi banyak dari mereka yang berbakat dan berpotensi," ujarnya.
Bagi Widhy, pihaknya menghadirkan karya seni ini dengan harapan agar ke depan, seluruh warga Pengastulan bisa saling merangkul satu sama lain. Seluruh warga juga tidak lagi memandang adanya perbedaan agama ataupun kasta.
”Kami sudah satu desa, mari bersama-sama menjaga nama desa dan membangun Desa Pengastulan tercinta ini”, ungkapnya menyampaikan ajakannya.
Untuk musik yang melibatkan seluruh warga Desa Pengastulan ini, mendapat dukungan penuh dari Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ST, Kadis Kesehatan Provinsi Bali dr. Ketut Suarjaya yang memang asal Desa Pengastulan, maupun Kepala Desa Pengastulan Ketut Yasa, hingga komunitas lainnya, seperti LAPEDOS, TAKSU, Satya Kawula, WDSB, GEMPUR, IRKA, Tanah Slaka Comunity dan seluruh warga masyarakat Desa Pengastulan. ~ Made Tirthayasa ~
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com