ADALAH seorang warga yang bertempat di Banjar Dinas Kubu Anyar, Desa / Kecamatan Kubutambahan, Ni Luh Asrini saat ini berusia 53 tahun.
Istri Nyoman Ragia ini, ternyata sejak enam tahun lalu menderita tumor otak. Hingga saat ini, penderita Luh Asrini belum mendapatkan penanganan maksimal, karena terbentur biaya untuk operasi. Kendati warga yang termasuk kategori keluarga miskin ini sudah mengantongi Kartu Indonesia Sehat (KIS) tapi untuk biaya mondok selama belum pelaksanaan operasi yang tidak pasti dilakukan, menyebabkan Nyoman Ragia belum bisa memenuhi permintaan pihak RSUP Sanglah Denpasar.
Ihwal penyakit yang diderita ibu empat anak ini diceritakan oleh sang suami, Nyoman Ragia saat ditemui di rumah kediamannya, beberapa waktu lalu. Ragia menuturkan, bahwa pada awal tahun 2014 lalu istrinya terjatuh saat bekerja dan terbentur pada beton.
Ketika itu, Ragia mengajak istrinya ke RSUD Kabupaten Buleleng di Singaraja. Penangan pun telah dilakukan pihak rumah sakit. Pada awalnya yang terlihat hanya dampak pada mata Luh Asrini. Namun lama-kelamaan sakit itu merambat pada kepala. Asrini merasakan pusing yang berkepanjangan hingga tak mampu berdiri.
Melihat kondisi memburuk, Ragia mengajak kembali istrinya berobat ke RSUD Buleleng, hingga akhirnya Asrini dirujuk ke RSUP Sanglah di Denpasar. Dibalik keterbatasan biaya yang dimiliki, Ragia memaksakan diri untuk mengantar istrinya ke RSUP Sanglah.
Mondok selama lima bulan di RSUP Sanglah dirasakannya sangat menyiksa, apalagi operasi tak kunjung dilakukan. Setelah lima bulan mondok rawat jalan di Denpasar, akhirnya Ragia bersama istrinya memutuskan untuk pulang. Kini Asrini tidak bisa beraktivitas, bangun dari tempat tidur pun harus dibantu. Untuk bisa duduk, Ia harus menggunakan tongkat kayu.
”Awalnya jatuh awal tahun 2014-an, waktu itu tiang pas luas. Tapi ten uning iye ade sakit di otakne, peningalane ne kena, ajak tiang ke Denpasar operasi dua kali, operasi akhirnya gagal. Ternyana katanya ada tumor otak. Tiang lima bulan mondok di Denpasar, karena menurut informasi petugas saat itu apang sing kena virus kone. Makane tiang rawat jalan mondok tiang di Denpasar,” tuturnya.
Nyoman Ragia menambahkan, setelah mencari informasi, Ia kembali mendapat panggilan dari RSUP Sangglah. Namun karena sama sekali tidak memiliki biaya untuk mondok, akhirnya Ragia mengurungkan niatnya untuk mengantar sang istri ke RSUP Sanglah. Ia mengakui jika dirinya bersama keluarga meemiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun, Ia sama sekali tidak memiliki biaya hidup mondok di Denpasar. Apalagi jadwal operasinya juga tidak jelas.
”Kira-kira ada satu bulan di telepon oleh pihak RSUP Sanglah, diminta datang dan cek ulang. Karena tiang sama sekali tidak punya biaya, tiang nggak bisa berangkat. Disamping itu, kapan jadwal operasi juga tidak jelas”, jelasnya dengan nada pasrah. ~ Made Tirthayasa.—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com