Buleleng, Dewata News. Com - Desa Wisata Munduk di Kecamatan Banjar, selain Desa Wisata Sudaji, Kecamatan Sawan serta Desa Wisata Sambangan, Kecamatan Sukasada, sebagian kecil dari Desa Wisata yang ada di Kabupaten Buleleng, ternyata makin diperhitungkan untuk dikembangkan lebih professional menunjang kepariwisataan di Bali Utara.
Makin banyaknya desa-desa di Kabupaten Buleleng menggeliat sesuai potensinya masing-masing ditetapkan Pemkab Buleleng melalui leading sector Dinas Pariwisata dibawah kepemimpinan Ir.Nyoman Sutrisna, MM yang tak mengenal ruang dan waktu komitmen memajukan sector kepariwisataan di Kabupaten Buleleng.
Mengacu banyaknya desa wisata potensial, sehingga Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng memberikan wadah Forum Dewi (Desa Wisata) Buleleng yang berdomisili di Desa Wisata Munduk.
Dari puluhan desa wisata yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Buleleng, sepertinya tiga desa wisata yang secara perlahan tapi pasti ditumbuhkembangkan, seperti Desa Munduk, Desa Sudaji dan Desa Sambangan. Bahkan, benar-benar mendapat perhatian para praktisi pariwisata secara professional, menyangkut upaya mengembangkan sumber daya manusia, baik di tingkat desa wisata maupun di bidang tata kelola daya tarik wisata.
Mempercepat kemajuan sector kepariwisataan di Buleleng sudah tentu menerapkan sapta pesona dan tata kelola administrasi agar benar-benar lebih professional.
Oleh karena itu, sebuah Yayasan Bali Matangi yang ada di kawasan Renon bekerja sama dengan Forkom Dewi Buleleng menggelar kegiatan ”Sharing Sessions” di Desa Wisata Munduk, akhir pekan ini.
Sasaran yang hendak dicapai sesuai dengan tema kegiatan, yakni Mengangkat kearifan lokal sebagai daya saing Home stay Restaurant di Buleleng.
Sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng, Nyoman Sutrisna sangat ”well come” atas kepedulian Yayasan Bali Matangi yang bekerjasama dengan Forkom Dewi Buleleng.
Dengan makin banyak punya rasa peduli terhadap sector pariwisata ini, nantinya keberadaan Home Stay dan Rastaurant di Buleleng supaya betul-betul bisa lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya.
Menyimak Desa Wisata Munduk, sejatinya sudah menjadi bagian dari dunia kepariwisataan sebelum kemerdekaan. Artinya, pola pikir masyarakat di Desa Munduk di jaman penjajahan sudah mempunyai pemikiran menjadikan Munduk menjadi tujuan datangnya para tamu, kerennya para wisatawan mancanegara. Karena Munduk sangat ditunjang dengan alam lingkungan pegunungan.
Pesanggrahan Munduk 1920
Sebagai bukti, terurai jelas dari sejarah Buleleng, terkait adanya Pesanggrahan Munduk di tahun 1920. Mengingat Bali tempo doeloe sudah menyedot banyak perhatian orang luar. Tak hanya untuk berdagang, namun juga berwisata.
Sebagai pelengkap kehadiran pendatang (kini lazim disebut wisatawan mancanegara) ini, kemudian dibangunlah penginapan-penginapan yang disebut pesanggrahan.
Berdasar penuturan Myron Zobel dalam buku ”Bali Tempo Doeloe” karya Adrian Vickers, bahwa Bali begitu cantik dengan pesanggrahannya. Sebab, berbeda dengan hotel, pesanggrahan tidaklah menyuguhkan lobi yang ramai, ruang makan yang berisik, atau tamu yang hilir mudik. Melainkan, dengan ciri ketenangan, Myron Zobel yakin pesanggrahan akan mempertahankan kecantikan Bali.
Namun, dibalik semua keistimewaan pesanggrahan tersebut, ada lagi hal unik lainnya dari Bali. Hal itu, yakni air untuk pendatang. Memesan minum di pesanggrahan, pendatang menyebutkannya dengan nama ajar blanda. Ajar sendiri berarti air.
Sementara jika dikaitkan dengan blanda itu mencirikan minuman yang berasal dari luar Bali, kemungkinan merujuk pada negara-negara Eropa.
Menurut Zobel, kemungkinan juga ini dikarenakan kulit penduduk Bali yang berwarna gelap atau coklat. Penduduk Bali biasa berjalan dari puncak pegunungan melintasi persawahan yang berlumpur. Sehingga, tidak baik bagi pendatang untuk minum air orang Bali. Hanya air yang diimpor masuk ke Bali yang dikenakan biaya dan bisa dipakai pendatang.
Munduk, Eksotisme di Balik Kabut
Seiring berjalannya waktu, pariwisat Desa Munduk kian meningkat, sudah terdapat banyak penginapan seperti cottage, pondok dan home stay yang bisa kita sewa, selain berkeliling kebun, di Desa Munduk juga terdapat sebuah air terjun yang tak kalah indah dengan air terjun di daerah lainnya.
Air terjun ini bernama air terjun Melanting, perjalanan menuju air terjun akan melewati perkebunan warga. Air terjun Melanting memiliki ketinggian sekitar 200 meter dengan debit air yang cukup deras, pemandangan alam sekitar air terjun juga masih cukup alami jadi sangat cocok untuk bersantai.
Selain air terjun, juga terdapat Danau Tamblingan, salah satu danau terluas di Bali yang menawarkan pemandangan tak kalah keren dari air terjun Melanting, ditambah lagi disekitar danau terdapat banyak pura. Apabila mencari tempat dengan suasana sepi dan nyaman khas pedesaan di Bali, maka Desa Munduk bisa menjadi pilihan alternative.
Sejarah menghadirkan pertanian kopi di Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Bermula dari penjajah Belanda yang terpikat keelokan alam Munduk, sajian kopi buah karya para petani kini menjadi bagian penting dari wisata Desa Munduk.
Kabut tipis tiba-tiba datang memeluk kami, Maret lalu. Tak lama berselang, kabut pun terbang bersama angin. Suasana tengah hari di lereng pegunungan Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. ~ Made Tirthayasa ~.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com