Buleleng, Dewata News. Com — ”Penggawa Kalpataru” menjadi Tema Pagelaran Seni Rakyat Banjar (Pasraja) Tahun 2018 yang saat ini sedang berlangsung selama lima hari, hingga tanggal 8 Oktober nanti.
Kegiatan Pasraja yang sudah diselenggarakan ke-tiga kalinya di Lapangan Desa Banjar, Kamis (04/10) secara resmi dibuka Asisten III Setda Kabupaten Buleleng Drs.I Ketut Asta Semadi, MM mewakili Bupati Putu Agus Suradnyana, ST dihadiri Ketua DPRD Kabupaten Buleleng Gede Supriatna, SH.
Kemeriahan acara pembukaan Pasraja dengan tema ”Penggawa Kalpataru” malam itu, terpantau dengan membludaknya warga masyarakat menyaksikan penampilan seni tarian massal oleh 150 orang penari Rejang Renteng.
Membludaknya masyarakat hadir pada Pasraja tahun 2018 ini, sebagai bukti dukungan terhadap gelaran seni yang diselenggarakan secara rutin di Kecamatan Banjar untuk melestarikan seni dan budaya setempat, seperti diungkapkan Camat Banjar Ketut Darmawan, Sm.Sp.
Selaku Ketua Panitia Pelaksana, Camat Banjar Ketut Darmawan menyimak tema Pasraja tahun 2018 ”Penggawa Kalpataru” mempresentasikan komitmen masyarakat yang berbudaya tentang ajaran Tri Hita Karana, sekaligus menjawab isu nasional dan daerah tentang pelestarian dan penyelamatan lingkungan hidup untuk hidup berkualitas.
Menurut Camat Darmawan, kegiatan dalam Pasraja ini bukan hanya menampilkan seni dan budaya, melainkan mengajak masyarakat Banjar untuk peduli dengan lingkungan melalui kegiatan jalan santai sambil memungut sampah plastik yang ada dalam jalur yang dilalui.
Selain itu, Camat Darmawan berharap, dengan adanya pagelaran seni dan budaya yang dilaksanakan, dapat mendukung berkembangnya pariwisata di Buleleng.
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Asisten III Setda Buleleng Ketut Asta Semadi menekankan, bahwa kebudayaan dapat mengangkat citra sebagai bangsa yang telah diakui oleh masyarakat dunia.
Sebagai bukti, lanjut Bupati PAS, dari keberadaan kesenian Bali yang bukan hanya ada di daerah Bali saja, melainkan ada di seluruh penjuru dunia, seperti sekaa gong Sekar Jaya di Amerika, Sekar Jepun di Jepang, dan Saling Asah di Belgia.
”Sekaa gong tersebut tidak hanya menampilkan seni saja, melainkan ikut "ngayah" di pura-pura yang ada di sana. Karena itu, seluruh masyarakat Buleleng agar terus bersemangat di dalam menjaga dan melestarikan seni budaya. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com