Denpasar, Dewata News. Com - Kala itu, sepak bola di Pulau Bali pernah menggeliat waktu zaman Gelora Dewata era 1990-an dan Perseden Denpasar periode 2000-an berkecimpung di kasta teratas Liga Indonesia. Keberadaan dua tim itu disokong oleh antusiasme tinggi masyarakat Bali yang seperti penduduk Indonesia lainnya juga sangat menggilai sepak bola.
Bagi masyarakat Bali saat Gelora Dewata dan Perseden adalah representasi nyata bahwa sepak bola pun bisa hidup di pulau yang memiliki luas 5.789 km2 ini. Hal itu sekaligus menyanggah anggapan bahwa Bali hanya fokus kepada bidang pariwisata yang merupakan salah satu elemen terpenting bagi kehidupan masyarakat Bali.
“Semasa berlaga di kompetisi tertinggi Liga Indonesia di masing-masing periode tersebut, Stadion Ngurah Rai yang terletak di pusat kota Denpasar menjadi rumah bagi keduanya dalam memanggungkan laga kandang ketika itu,” ujar I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya yang populer disapa Gung Ronny, Senin (10/9).
Lanjut Gung Ronny, akses yang mudah, kondisi lapangan dan tribun yang cukup baik, serta kapasitas sebesar 12 ribu penonton yang terbilang masif untuk saat itu membuat Stadion Ngurah Rai menjadi primadona.
“Tak sampai di situ, stadion ini juga menjadi kawah candradimuka bagi sepak bola Bali karena sering digunakan untuk menggelar turnamen-turnamen lokal yang bersinggungan langsung dengan proses pembibitan pemain muda,” terang calon legeslatif (caleg) DPRD Bali dapil Kota Denpasar dari Partai NasDem nomor urut 5 ini.
Namun seiring waktu, Stadion Ngurah Rai yang sarat sejarah ini mulai ditinggalkan pelan-pelan. Salah satu alasan yang dikemukakan adalah sulitnya melakukan proses renovasi terhadap stadion yang berlokasi tepat di pusat kota. Area di sekitar Stadion Ngurah Rai memang begitu padat, sebab mulai berdiri sekolah dan Universitas. Tak heran bila dilihat kondisi Stadion Ngurah Rai saat ini memang tampak mengenaskan.
“Tembok di bagian luar stadion sudah banyak yang rusak dan berlubang,” ucapnya.
Dijelaskan, keadaan yang tak berbeda jauh kembali terlihat saat memasuki bagian dalam stadion. Pintu masuk yang terletak di bagian barat kondisinya seolah tak tersentuh pembenahan. Ironisnya, keadaan yang lebih buruk lagi pada saat mengelilingi tribun penonton, khususnya di bagian selatan, timur hingga utara yang masuk ke dalam kategori ekonomi. Tribun yang memang tanpa kursi tersebut kini dipenuhi sampah dan ditumbuhi banyak rumput liar.
“Pagar pembatas yang memisahkan tribun dan lapangan pun sudah reot,” jelasnya.
Bahkan, menurut Gung Ronny, situasi yang agak berbeda juga ditemui saat berdiri di tribun utama yang berdiri di bagian barat. Walau tampak begitu sederhana dan kuno, namun atap, tempat duduk, dan pagar yang ada di tribun barat serta masuk ke dalam kategori Very Important Person (VIP) tersebut masih punya rupa yang cukup baik.
“Ketika turun guna menengok toilet di tribun yang satu ini, keadaannya juga lumayan, setidaknya air yang dibutuhkan juga masih mengalir meski bau menyengat terus menyeruak dari situ. Satu-satunya hal yang terlihat masih bagus dari Stadion Ngurah Rai hanya lintasan atletiknya,” imbuhnya.
Kemudian, bila berkaca pada situasi tersebut harus diakui bila Stadion Ngurah Rai memang sudah tak layak dipergunakan untuk laga sepak bola level nasional. Hal ini juga yang membuat beberapa klub yang sempat, dan masih bermarkas di Bali seperti Bali United memilih untuk hijrah ke Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar guna menggelar partai kandang.
“Kenyataan ini juga yang membuat Stadion Ngurah Rai lebih sering beralih fungsi dari arena olahraga menjadi tempat konser,” pungkasnya.
Ditambahkan, wujud dari Stadion Ngurah Rai sekarang ibarat makhluk yang hidup segan mati tak mau, namun membiarkannya terbengkalai dimakan zaman jelas sebuah kesalahan. Sebab bagaimanapun juga, stadion ini merupakan salah satu ikon olahraga yang ada di Bali termasuk sepak bola. Semua pihak yang berkepentingan memiliki keharusan yang absolut guna merawat stadion yang satu ini.
“Jangan sampai, arena sarat sejarah dan memiliki segudang cerita tentang perkembangan sepak bola Bali dari masa ke masa ini nasibnya malah terkatung-katung lantaran tak terurus dengan baik,” tambahnya. (DN - Bdi)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com