Denpasar, Dewata News. Com - Tidak terasa Pemilu 2019 sudah di ambang mata. Mereka yang tengah bersiap menjadi legislatif (caleg) seakan berpacu dengan waktu dalam pengumpulan dana, persiapan kampanye termasuk membentuk tim sukses.
"Mulai 23 September 2018 hingga 13 April 2019, seluruh masyarakat Bali mulai menentukan pilihanya untuk memilih figur caleg yang diinginkan, kalau caleg laki-laki boleh maju. Pastinya perempuan boleh juga," ujar Ida Ayu Made Sriasih, S.Sn yang biasa disapa Dayu Asih, Jumat (21/9).
Dikatakan, menurut Undang-undang Pemilu Legeslatif (Pileg) untuk caleg perempuan ditentukan kuota 30%. Sementara di Kota Denpasar sendiri belum semua caleg perempuan bisa memenuhi kuota banyak dibandingkan caleg laki-laki. Mungkin dikarenakan kepercayaan masyarakat akan caleg perempuan ini belum mendapat kepercaya penuh.
"Semoga pada Pileg 2019 mendatang untuk caleg perempuan bisa menyesuaikan kuota paling tidak 5-10%," terang caleg DPRD Kota Denpasar dapil Denpasar Timur nomor urut 3 yang siap mengabdikan diri buat masyarakat Kota Denpasar.
Menurut Dayu Asih yang juga penggerak PKK di Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur ini, kalau laki-laki selama ini bisa memenuhi kuota dengan baik, maka prempuan juga bisa. Apalagi keinginan utama adalah ingin menjadikan Kota Denpasar sebagai pusatnya pengembangan seni budaya.
"Apalagi Kota Denpasar juga memiliki tempat pementasan seni budaya yang berlokasi di Taman Budaya Art Center, Denpasar. Ini harus dikembangan dan dilestarikan sebagai sebuah warisan yang sudah ada pada zamanya Prof. IB Mantra," ucapnya.
Dijelaskan, kalau dilihat dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) antara caleg laki-laki dan caleg perempuan tidak jauh beda. Hanya saja, prioritas masyarakat lebih mengutamakan caleg laki-laki dibandingkan caleg perempuan.
"Itu sebabnya kenapa caleg perempuan untuk kuota leges yang di dapat lebih sedikit jumlahnya, namun kalau saja para caleg perempuan bisa optimis dan lebih greget lagi. Pastinya Pileg 2019 mendatang kuota caleg perempuan bisa meningkat junlahnya," jelasnya.
Lanju Dayu Asih, sebenarnya beberapa persoalan yang dihadapi oleh perempuan untuk bisa maju menjadi caleg. Di internal partai, mayoritas perempuan menghadapi tekanan yakni keragu-raguan dari atasan, bawahan termasuk kolega akan kapasitas yang mereka miliki untuk duduk di lembaga legislatif. Dengan kata lain, perempuan dianggap tidak cukup tangguh dalam menghadapi persaingan politik yang akan dihadapi di lembaga legislatif.
"Meskipun para perempuan sudah sangat siap dengan program kampanye, siap dengan dana maupun tim sukses, para caleg perempuan harus menghadapi kritik dua kali lipat dibandingkan kolega mereka yang laki-laki," tambahnya. (DN - Bdi)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com