Denpasar, Dewata News. Com - Festival Tepi Sawah diproyeksikan sebagai sebuah acara kesenian tahunan berorientasi ramah lingkungan, yang akan melibatkan dan menghadirkan seniman-seniman dari berbagai cabang seni, untuk berkolaborasi dan berkarya dalam kebersamaan.
“Di pusat lokasi yang sangat unik di pinggiran desa ini, kami merancang Uma Stage yang melatar-depani panorama simbolik tempat aspirasi ini terlahir: di Tepi Sawah. Tahun ini adalah kali kedua festival ini berlangsung,” ujar Panitia Festival Tepi Sawah, Pranita Dewi, Minggu (26/8).
Dikatakan, Festival Tepi Sawah ini lahir dari perpaduan passion dan gagasan dari tiga pelaku seni yaitu Nita Aartsen, Anom Darsana, Etha Widiyanto, yang memberikan kombinasi latar belakang pengalaman di bidang Music Education & Performance, Sound Engineering & Event Management, Architecture & Designs adalah intensi mereka untuk mengintergrasikan elemen kreatif dari festival ini dengan edukasi dan implementasi tentang environmental sustainability baik dikalangan anak-anak maupun dikalangan orang dewasa.
“Dalam gerakan kesadaran lingkungan ini Festival Tepi Sawah berkolaborasi dengan Clean Bali Series sebuah program buku dan pendidikan tentang kesadaran lingkungan untuk anak-anak yang sudah dimulai sejak tahun 2006,” terangnya.
Kemudian, Festival Tepi Sawah juga menghadirkan karya musik dan seni yang menakjubkan dan berkesan. Untuk itu, kami mewujudkan festival ini dengan mengajak berbagai komunitas seni serta membangun beberapa relasi dan jaringan yang mendukung festival ini. Salah satu komunitas yang terlibat di dalam festival ini adalah Komunitas Rumah Berdaya.
“Komunitas ini aktif berfungsi untuk menghapus stigma terhadap Orang Dengan Skizofrenia (ODS), Rumah Berdaya menciptakan berbagai macam program yang berguna dalam penyampaian psiko-edukasi ke masyarakat,” ucapnya.
Festival Tepi Sawah juga melibatkan Maestro dongeng dan permainan tradisional anak-anak Bali, yaitu Made Taro. Tak Luput dan ketinggalan beberapa workshop akan hadir pula untuk mengisi rentetan festival ini diantaranya Minikino Film Week Presentation, Vocal Coaching with Trie Utami, Little Talks Book Corner, Komunitas Drawing Tepi Barat, Genggong With Nyoman Suwida, Indonesian Percussion Team, Gamut (Gamelan Mulut) with Bli Ciaaattt, Sapek with Agus, dan sunset yoga.
“Festival Tepi Sawah sebagai cerminan dan pembawa pesan kesadaran akan kelestarian lingkungan hidup dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle (kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang) baik dalam hal produksi, penjualan makanan dan minuman, penanganan sampah, pembuangan limbah dan lain-lain,” imbuhnya.
Dijelaskan, Festival Tepi sawah juga akan mengadakan workshop dari berbagai cabang kesenian, dan food stall serta art market. “Adapun para seniman yang terlibat dalam Festival Tepi Sawah ini adalah Trie Utami, Mathew Sayerz, Nita Aartsen, Wayan Gde Yudane “Wrdhi Cwaram”, Bismo Kuno Kini, Dian Pratiwi, Genggong Kutus, Fascinating Rhythm Community, Lenong Betawi, Gamelan Ceraken, Bli Ciaaatt and Kids of Pegok, Nuswantoro Trio, Eny Darmayani,” jelasnya.
Ditambahkan, Festival Tepi Sawah terdapat juga beberapa agenda pertunjukan yang tak kalah seru yang mengusung garapan-garapan unik dan menarik lainnya antara lain Tribute to Chrisye, Lagu Dolanan Jawa, Bali Teens, Dayak Kaltim, Maluku & Papua, Betawi & Sumatera, Java Ensamble, Komposer Indonesia Timur, Art & Ritual from Nusantara. (DN - Bdi)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com