Buleleng, Dewata News. Com — Kerusakan gedung SMA Negeri 1 Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, termasuk paling parah diantara sekolah di Bali Utara yang terkena dampak gempa bumi pada Minggu (05/08) malam.
Akibat gempa yang berkekuatan 7,0 SR di Lombok (Nusa Tenggara Barat) tidak hanya berdampak pada kerusakan bangunan umum, rumah warga, tempat suci dan korban jiwa. Proses belajar mengajar pun terganggu, karena ada gedung sekolah yang rusak parah dan mengundang kecemasan di kalangan siswa dan guru.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Kabupaten Buleleng, Made Suarja yang melakukan pantauan Senin pagi hingga siang hari mengatakan, tingkat kerugian yang diderita akibat gempa bumi tersebut untuk sementara diprediksi mencapai Rp125.000.000,-.
”Tingkat kerusakannya, bukan saja rontoknya atap genteng SMAN 1 Kubutambahan yang menggunakan konstruksi baja ringan. Namun plafon sekolah berlantai 2 itu jebol, sehingga 7 ruang kelas yang menampung siswa belajar dalam jumlah tertentu untuk setiap kelas, tidak bisa digunakan sebagai tempat proses belajar mengajar”, kata Suarja di Singaraja, Rabu (08/08).
Made Suarja mengatakan, untuk menghindari kevakuman proses belajar mengajar, kini diupayakan dengan melakukan akitivitas diluar gedung sekolah, karena jika harus menunggu perbaikannya membutuhkan waktu lama.
”Saya sudah mengintruksikan kepada para guru agar mencari solusi supaya tidak terjadi kemacetan dalam menjalankan proses belajar mengajar. Masalah ini pun sudah dikoordinasikan kepada Kadisdik Provinsi Bali Tia Kusuma Wardani untuk bisa diambil langkah efektif menghadapi musibah gempa bumi,” ucapnya.
Kepala UPT Disdik Bali, Kabupaten Buleleng Made Suarja mengaku, sudah melaporkan lebih jauh tentang masalah kerusakan sekolah-sekolah setingkat SMA/SMK di Kabupaten Buleleng yang terkena dampak gempa bumi pada Minggu malam.
”Soal penanganan perbaikan memang tidak semudah yang dibayangkan dan dengan sudah dilaporkan masalah tersebut, nantinya akan ada kajian dari mana dana itu dipakai”, imbuhnya.
Mengingat waktu yang diperlukan cukup lama, maka Suarja minta kepada kepala sekolah dan komite yang ada agar bisa memanfaatkan genteng yang utuh guna mengganti genteng yang pecah. Langkah tersebut, lanjut Made Suarja dirasa sangat penting, karena dari 26 ruang belajar yang ada, 7 ruangan tidak bisa dimanfaatkan.
Oleh karena itulah untuk menghindari kevakuman belajar maka disarankan agar menggunakan tempat aman. Terlebih lagi bagi sekolah yang memiliki gedung bertingkat agar tidak panik dalam menghadapi masalah gempa yang tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. Jika siswa tidak tenang, bahkan melompat bila ada gempa, maka akan berbahaya dan dapat mengancam keselamatan. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com