Denpasar, Dewata News. Com — Gubernur Bali, Made Mangku Pastika kembali menggelar simakrama (open house), di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Sabtu (7/4). Dalam simakrama ke-94 itu diangkat tema "Mencari Gubernur dan Wakil Gubernur Bali 2018-2023".
Hadir lima orang narasumber ditengah ratusan masyarakat. Lima narasumber itu meliputi Akademisi sekaligus Pengamat Politik, Dr. Nyoman Subanda, Pemerhati pariwisata, Bagus Sudibya, Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bali, Emanuel Dewata Oja, Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Bali, Agung Christos Suganda Putra, dan Ketua Yayasan Gumi Bali Bagus, Komang Subudi.
Para narasumber menyampaikan berbagai problematika yang menjadi tugas besar Gubernur-Wakil Gubernur Bali periode lima tahun kedepan. Diantaranya soal menjaga multikulturalisme, mewujudkan pola pembangunan terpadu dan berkesinambungan serta pelestarian adat budaya Bali ditengah globalisasi dan modernisasi.
Pastika dalam sambutannya menyampaikan, pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 27 Juni 2018 adalah momen dan peristiwa penting bagi masyarakat Bali. Konstelasi perpoltikan Pulau Dewata ditengah dinamika global, nasional dan lokal dinilai mengalami perubahan signifikan Perubahan itu dikomparasi ketika dirinya memperebutkan takhta Bali-1 dalam pemilihan gubernur-wakil gubernur (pilgub) Bali tahun 2008.
"Berbagai hal saat ini jauh berubah dengan beberapa waktu yang lalu, anggaplah setahun yang lalu, atau dua tahun, tiga tahun, apalagi sepuluh tahun yang lalu. Dimana saya memulai tugas saya sebagai Gubernur. Situasinya sangat berbeda. Tentu saja kita ingin mendapatkan pemimpin yang dapat membawa kita menghadapi situasi ini. Situasi yang terus berubah sangat cepat," kata pria kelahiran Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali, 22 Juni 1951 tersebut.
Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) RI ini mengungkapkan, perubahan itu banyak dipengaruhi perkembangan teknologi informasi dan transformasi.
"Itulah yang terjadi, perubahan akan sangat cepat, perkembangan sangat cepat, dan kita berada pada situasi yang seperti itu. Istilahnya sekarang sudah, kemarin beberapa hari yang lalu misalnya Bapak Presiden mencanangkan kita sudah masuk dalam industri empat titik nol. Artinya sudah masuk pada industri yang ketingkat empat," ungkapnya.
Industri 4.0 dijabarkan Pastika sebagai tonggak dimulainya abad robot, dan artifisial intelijen (kecerdasan buatan). Kecerdasan buatan ini akan berimplikasi pada sendi kehidupan manusia, salah satunya ketersediaan lapangan pekerjaan. Maka dari itu, ia berharap masyarakat Bali dapat menentukan pilihan kepada calon pemimpin yang mampu berinovasi dalam mencegah dampak negatif dari peradaban baru tersebut.
"Kita sudah berada pada situasi itu, saat ini. Itulah yang harus kita cermati, itulah persoalan kita pada saat kita sekarang ini melakukan pemilihan, sudah dalam tahapan-tahapan tinggal hitung hari saya kira untuk kita menentukan perjalanan Bali kedepan," tegas mantan Kapolda Bali ini. (DN ~ KBRN).--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com