Tidore, Dewata News. Com — Keseruan Festival Tidore 2018 dimanfaatkan Generasi Pesona Indonesia (GenPI) untuk mengeksplorasi kekayaan alam daerah setempat. Salah satunya Pulau Mare, Minggu (01/04).
Pulau ini memiliki keunikan yang memang harus dieksplor. Daya tarik utama Pulau Mare adalah sekumpulan lumba-lumba liar. Jika ingin melihat lumba-lumba di tempat ini, kita bisa naik kapal kayu dari Pelabuhan Rum, Ternate. Perjalanan biasanya memakan waktu sekitar 20 menit dari pelabuhan.
Perwakilan GenPI Jakarta, Jateng, Palembang, Lampung, Jogja, dan Lombok, dibuat penasaran untuk membuktikannya.
Dengan menggunakan kapal mesin milik nelayan, rombangan yang dikoordinasi Elza Dari GenPI Jogja, menuju Pulau Mare dari Pulau Tidore. Sayangnya, mereka tidak berjumpa dengan lumba-lumba. Karena, waktu yang dipilih tidak tepat.
Berdasarkan keterangan warga, untuk melihat lumba-lumba kita harus berangkat 06.00 WIT dan sekitar jam 18.00 WIT. Namun, waktu yang direkomendasikan adalah pukul 06.00 WIT. Karena, di jam itu para lumba-lumba baru bangun dari tidurnya.
Walau tidak bertemu lumba-lumba, masih banyak yang bisa didapat di Pulau Mare ini. Kita bisa melakukan diving atau snorkeling. Apalagi pemandangan bawah laut Pulau Mare luar biasa. Apalagi keanekaragaman ikan-ikan di laut ini juga tak kalah luar biasanya.
Selain itu, kamu bisa menyaksikan keindahan ekosistem hutan Mangrove di Pulau Mare. Mengelilingi pantai yang ada di pulau ini juga bisa kamu lakukan. Atau menyaksikan aktivitas warga. Yaitu saat sedang mencari ikan di laut, atau bercocok tanam di perkebunan maupun di sawah.
Pulau Mare juga dikenal sebagai pulau penghasil gerabah. Gerabah dari Pulau Mare banyak digunakan masyarakat dari Maluku hingga Papua. Anehnya, laki-laki di Pulau Mare tak satu pun yang dapat membuat gerabah. Semua jenis gerabah dibuat oleh perempuan.
Menurut mitos di Pulau Mare, sejak dahulu laki-laki di Pulau Mare dilarang membuat gerabah. Membuat gerabah adalah pekerjaan perempuan. Konon apabila larangan itu dilanggar, maka laki-laki tersebut tidak bisa punya anak.
Mitos tersebut hingga kini masih berlaku di Pulau Mare. Meskipun begitu, bukan berarti semua proses pekerjaan membuat gerabah dilakukan oleh perempuan.
Untuk menggali tanah liat yang terdapat di gunung, biasanya dilakukan oleh laki-laki. Begitu juga setelah gerabah jadi, maka tugas kaum laki-laki yang menjualnya ke luar pulau.
Gerabah yang dihasilkan merupakan gerabah tradisional. Artinya, gerabah yang dihasilkan merupakan perkakas yang masih dibutuhkan untuk melestarikan adat istiadat masyarakat di Maluku dan Papua. Misalnya, gerabah untuk membakar sagu yang disebut forno, hito untuk membakar dupa, ngura-ngura untuk menutup makanan, kuali, belanga, dan lainnya.
Akses menuju Pulau Mare juga cukup mudah. Untuk ke Tidore, kamu harus naik kapal dari Pelabuhan Bastiong Ternate menuju ke Pulau Tidore. Harga tiket kapal reguler ini sekitar Rp 10.000 per orang. Tetapi jika kamu ingin menyewa kapal harga sewanya adalah Rp 100.000 per trip.
Dari Pulau Tidore, perjalanan ditempuh lewat pelabuhan penyeberangan rakyat. Tepatnya, di Kelurahan Tomalou. Dari Tomalou, kamu bisa naik kapal regular seharga Rp 35.000 per orang. Selain itu kamu bisa menyewa kapal motor masyarakat menuju ke Pulau Mare. (DN ~ KBRN).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com