Buleleng, Dewata News. Com — Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, ST meresmikan saluran air bersih dan sanitasi di Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Rabu (11/04). Peresmian yang dipusatkan Gedung Serbaguna Desa Madenan pagi itu dihadiri Ketua DPRD Kabupaten Buleleng, Gede Supriatna, SH, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, ST, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, Drs. Gede Sugiartha Widiada, M.Si, Muspika Tejakula dan Kepala Desa Madenan.
Proses pelaksanaan pembangunan saluran air bersih didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Buleleng.
Bupati PAS sapaan akrab Putu Agus Suradnyana menjelaskan, bahwa pembangunan saluran air bersih ini memerlukan waktu yang sangat panjang dan proses yang berliku. Permaslahan ini ada jauh sebelum dirinya menjadi bupati di Buleleng.
Bahkan, pertanyaan dan masukan dari masyarakat sering dirinya dengar mengenai permasalahan air bersih di Desa Madenan. Upaya-upaya dan usaha-usaha pun terus dilakukan, hingga akhirnya dibangun infrastruktur air bersih di Desa Madenan melalui APBD Kabupaten Buleleng.
”Jujur saja, permasalahan aire bersih di Madenan ini ada jauh sebelum saya jadi bupati. Upaya telah dilakukan sampai bolak-balik ke provinsi, hingga ke kementrian belum juga menemui hasil hingga pada akhirnya pembangunan infrastruktur air bersih bisa dibangun dengan dana APBD Kabupaten Buleleng,” jelasnya.
Pembangunan infrastruktur air bersih ini mengambil dana dari APBD Buleleng sebesar Rp2,7 Milyar. Dana tersebut ditambah dengan dana dari Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) sebesar Rp380 juta dan penyertaan dari desa sebasar Rp50 juta. Secara keseluruhan menghabiskan dana sebesar Rp3,2 Milyar.
”Saat ini, infrastruktur air bersih tersebut sudah mengaliri empat desa adat yang ada di Desa Madenan,” ujar Agus Suradnyana.
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, ST menyebutkan, infratruktur air bersih ini sepanjang 16,8 kilometer.
Menurut Suparta Wijaya, bahwa permasalahan yang dihadapi dari dulu adalah sumber air ini berasal dari Kawasan Hutan Lindung Bali Timur di Kintamani. Hal tersebut yang menyebabkan proses perijinannya di Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menjadi sangat panjang.
”Karena posisi sumber airnya di kawasan hutan lindung, ijin pemanfaatannya yang lama di kementrian, hingga syukur akhirnya ijin tersebut keluar,” ungkapnya.
Mengenai pengelolaan infrastruktur air bersih ini, Suparta Wijaya mengakui, memerlukan tenaga yang handal dan professional dikarenakan sumber airnya yang berada sangat jauh dan berada di hutan lindung. Untuk menuju sumber airnya harus melewati jurang yang ada di hutan lindung.
”Untuk pengawasannya kami memerlukan tenaga yang handal dan professional, karena tempat sumber airnya jauh dan berada di dalam hutan lindung,” tandasnya. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com