Klungkung, Dewata News. Com — Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali mengeluarkan seruan bersama majelis-majelis Agama dan keagamaan terkait dengan Tahun Baru Caka 1940. Seruan itu berisikan delapan poin, yang salah satunya menyerukan provider penyedia jasa seluler mematikan data seluler (internet). Penon-aktifan data seluler itu dilakukan mulai hari Sabtu, 17 Maret 2018 pukul 06.00 WITA, sampai dengan Minggu 18 Maret 2018, pukul 06.00 WITA.
Muncul pro dan kontra terkait dengan seruan tersebut. Gubernur Bali, Made Mangku Pastika sempat menyampaikan pendapatnya yang mendukung seruan PHDI.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet disela-sela simakrama kamtibmas 2018 di Puri Denbecingah, Klungkung, Selasa (13/03) mengaku telah bertemu dengan pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika. Tujuannya untuk membicarakan seruan mematikan data seluler selama Nyepi.
"15 Februari yang lalu, kami berkumpul semuanya, seluruh masyarakat Bali, tokoh-tokoh Bali, termasuk dari Polda Bali, dari Korem dan semuanya. Medsos, internet jaringan kita matikan. Tetapi sasarannya adalah medsos. Kemarin pagi sampai sore, kami ke Jakarta, di Kemenkominfo mengkoordinasikan," jelasnya.
Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet kepada pihak Kementerian Komunikasi dan Informatika menjabarkan, Nyepi memiliki karakteristik berbeda dengan hari raya keagamaan lain. Tahun Baru Caka disebut tidak hanya dirayakan umat, melainkan seluruh elemen dimuka bumi.
"Setelah saya jelaskan bahwa, ini perlu juga bendesa-bendesa tahu itu semuanya, dan umat semuanya tahu Nyepi itu berbeda karakter, dan sifatnya dengan hari-hari raya yang lain, hari raya galungan, kuningan, pagerwesi, siwaratri itu umatnya yang melaksanakan, ibadah itu umat Hindu. Tetapi Nyepi, nyomia bhuta kala, seluruh kekuatan alam yang maha dahsyat itu, apah teja bayu ankasa pertiwi harus dibahagiakan disana, alamnya yang harus sepi, itu syaratnya. Tawur agung harus syaratnya, tilem kesanga itu syarat mutlaknya. Oleh karena itulah Bandara, berapa kerugian bandara, pelabuhan berapa pelabuhan-pelabuhan sehari itu, tidak masalah. Karena demi kesejahteraan, keamanan, kedamaian Bali ini, dan juga kedamaian Indonesia. Alamnya yang harus sepi," ujarnya.
Penon-aktifan jaringan internet juga disebut untuk mencegah beredarnya informasi hoaks yang mengurangi kesakralan Nyepi. Hal itu lumrah, karena berkaca dari sejumlah kejadian yang bersingungan dengan nuansa Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA) berkembang di media sosial ketika Tahun Baru Caka beberapa tahun terakhir.
"Oleh karena itu, maka seluruh yang ada di Bali ini harus sepi. Supaya ada hoaks-hoaks, lo kenapa kita harus nyepi, begitu, kenapa begini, kenapa begitu, ya kan. Ini dibawa keantar Agama. Nah di Kemenkominfo, tidak ada perdebatan, begitu kita jelaskan, mulai Dirjen-dirjennya, semua provider operator setuju dan mendukung. Kita harapkan nanti, medsos pada saat nyepi tidak ada lagi. Karena medsos itu justru di Nyepi itu sangat ramai, dan provokasi masuk. Dan saya katakan, Nyepi adalah salah satu event-event yang sensitif yang akan dipakai oleh para provokator, para radikalis, untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia," tutupnya. (DN - KBRN).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com