Prof. I Gede Pitana © foto by KBRN |
Badung, Dewata News. Com — Kepariwisataan Pulau Dewata mendapatkan suntikan dana sebesar Rp. 100 miliar dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Kementerian pimpinan Arief Yahya itu memberikan dana tersebut khusus untuk proses pemulihan sektor pariwisata Bali, pasca peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara pada Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Prof. I Gede Pitana kepada wartawan di Kuta, Sabtu (17/2) kemarin menyampaikan, dana tersebut dialokasikan kedalam 3 fase atau tahap. Tahapan tersebut dimulai tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi.
"Nah bencana Gunung Agung ini berbeda dengan terorisme kan. Kalau terorisme itu ada bom bali kemudian selesai, recovery prosesnya. Nah, kalau Gunung Agung ini kan bencana alam, tidak tahu bagaimana itu adanya, maka kami menggunakan dana 100 miliar itu menjadi tiga komponen," katanya.
"Yang pertama komponen PRing, updating, yaitu mengupdate apa yang terjadi setiap hari kami jelaskan itu. Yang kedua adalah promosi, kita mempromosikan bahwa, kita lihat lo bahwa bali begini lo, saya tidak pernah mengatakan Bali aman. Karena tidak ada satu pun negara bisa menjamin aman. Tetapi saya mengatakan Bali itu normal seperti tidak ada masalah, memang ada sesuatu, tidak kan?," ungkapnya.
Pitana lebih lanjut mengatakan, selain untuk pembaharuan data, dan promosi, dana tersebut juga dijatah untuk proses mitigasi. Mitigasi bencana Gunung Agung disebut mendapat jatah Rp. 30 miliar. Dana sebesar itu menurutnya disimpan, dan akan digunakan untuk membayar hotel yang menampung wisatawan yang tidak bisa kembali ke negaranya akibat Gunung Agung.
"Kalau terjadi sesuatu, karena kita tidak tahu, kalau terjadi sesuatu, maka satu wisatawan yang stranded akan kita berikan menginap gratis di hotel. Itu akan dibayar oleh kalangan industri, pemilik hotel. Kalau berlanjut, hari kedua, ketiga, maka saya (Kemeneterian Pariwisata, red) yang akan membayar," ujarnya.
Meski Gunung Agung telah turun status dari level IV (Awas) ke level III (Siaga), akan tetapi interkoneksi 3 Bandara yaitu Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Lombok Internatioal Airport, dan Bandara Banyuwangi tetap menjadi wacana utama. Interkoneksi dianggap menjadi solusi bagi ketiga wilayah, jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Nah kemudian seandainya terjadi sesuatu, maka check-in di Bali, maka dari Bali menuju Banyuwangi akan kita berangkatkan baik dengan darat maupun dengan laut itu saya yang bayar. Itulah komitmen kami, daripada penggunaan anggaran yang 100 miliar rupiah itu, secara umum," tutup mantan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali tersebut. (DN ~ KBRN).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com