Proses Pengerjaan Hunian © foto by IST |
Denpasar, Dewata News. Com — Dewan Pengurus Daerah (DPD) Real Estate Indonesia (REI) mencatat terjadi penurunan signifikan untuk permintaan, sekaligus penjualan rumah komersil di Bali. Gejala penurunan demand hunian dengan rentang harga mulai Rp500 juta itu terlihat sejak tahun 2011.
Ketua DPD REI Bali, Pande Agus Permana Widura mengakui, kondisi tersebut. Menurutnya penurunan daya beli rumah komersil hingga penghujung tahun 2017 menyentuh angka 60%.
"Daya beli untuk perumahan komersil itu sangat turun. Nah ini yang harus kita membuat suatu terobosan-terobosan baru, bagaimana kita bisa tetap membuat bisnis perumahan komersil ini bagus begitu," katanyakepada wartawan di Sanur, Sabtu (17/02).
Pande Agus yang juga menjabat Bendahara Umum BPD HIPMI Bali ini menyampaikan, salah satu terobosan yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan suku bunga perbankan. Langkah itu dianggap menjadi stimulus bagi konsumen, utamanya masyarakat yang benar-benar memerlukan hunian.
"Karena, kalau dulu di tahun 2011 ada dua karakter pembeli perumahan. Yang pertama adalah karakter yang betul-betul memerlukan rumah, artinya mereka ini adalah rumah pertama, dan mereka menginginkan, kebutuhan ini. Yang kedua adalah mengenai investasi. Nah investasi ini agak drop saat ini. Jadi pangsa market beralih kepada orang yang betul-betul memerlukan rumah. Nah ini yang harus kita bisa benar-benar kaji supaya menarik, adalah dengan bagaimana ketika KPR itu bisa terjangkau bagi mereka," ungkapnya.
Anggota DPD REI Bali menganggap suku bunga KPR perumahan komersil yang ideal dan mampu menarik minat calon pembeli adalah dikisaran 5 hingga 8%. Sedangkan saat ini perbankan baru bisa merealisasikan diangka 12 sampai 13%.
Selain karena suku bunga perbankan, pemicu turunnya daya beli dan permintaan rumah komersil adalah keberadaan program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pande Agus menyebut, end user atau pembeli rumah pertama lebih memilih FLPP ketimbang rumah komersil. Alasannya karena harganya yang terjangkau, termasuk Down Payment (DP) dan cicilan yang ringan.
"Di investasi sekarang ini kan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Entah itu karena memang krisis global yang sedang terjadi, itu mungkin salah satu faktornya. Jadi adalah sekarang karaker pembeli adalah yang betul-betul membutuhkan rumah. Itu yang lebih banyak di Bali. Yang rumah subsidi saja kita baru bisa di empat Kabupaten, sisanya masih komersil kan artinya, nah ini yang terjadi penurunan," ucapnya.
"Entah itu yang pertama adalah dari dulu mungkin mereka sanggup belanja diharga 700 - 800 juta rupiah, sekarang mereka menjadi memilih diangka 400 sampai 500 juta rupiah. Nah itu yang terjadi, itu yang mau kita angkat lagi sekarang, supaya bergejolak lagi, bagaimana perumahan di Bali ini bukan hanya subsidi, tetapi komersil juga bisa bangkit," tutup Ketua DPD REI Bali, Pande Agus Permana Widura. (DN ~ KBRN).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com