Tabanan, Dewata News. Com —Sulinggih Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun mengatakan, bahwa sosok pemimpin Bali diharapkan tidak meninggalkan jejak ajaran leluhur yang adiluhung di masa lalu, serta mampu mengedepankan nilai rasa.
“Artinya rasa terhadap alam Bali, serta rasa terhadap manusia. Dari kepekaan rasa maka timbul budi. Selanjutnya budi menciptakan budaya. Di sinilah kekuatan taksu Bali sesungguhnya, yakni memiliki budaya yang luar biasa. Ini yang seharusnya dijaga oleh pemimpin Bali,” ujar sulinggih yang terlahir di Kedathuwan Kawista Purusadha Dhalem Baturenggong Wijaya Kepakisan, Desa Blatungan, Pupuan, Tabanan.
Berpijak pada kepekaan rasa dan harapan untuk memunculkan taksu Bali kembali, maka Cri Bhagawan menilai ketokohan Ketua DPD PDIP Bali Dr Ir Wayan Koster MM dan Cok Ace merupakan pasangan yang tepat untuk memimpin Bali selanjutnya.
Dikatakan Cri Bhagawan, Wayan Koster adalah sosok intelektual yang sudah lama menjadi wakil rakyat dengan manjabat sebagai anggota DPR RI selama 15 tahun. Selama ini telah terbukti sosok Koster sudah mengakar di kalangan masyarakat kecil dan sudah banyak berbuat bagi masyarakat Bali. Termasuk di sektor pendidikan.
Kemumpunian Koster di bidang pendidikan, membuatnya menjadi dosen di Universitas Tarumanegara, Universitas Pelita Harapan dan dosen pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Koster kini lebih dikenal dengan panggilan Koster Bali Satu (KBS).
Hal lain yang pernah digeluti Koster adalah menjadi peneliti di Bidang Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdikbud pada 1988 hingga 1994. Selain itu, Koster juga menempati posisi Wakil Sekretaris Jendral Perhimpunan Pemuda Hindu (PERADAH) Indonesia dan Sekretaris Jendral DPP Prajaniti Hindu Indonesia.
Sementara itu, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace pun merupakan ‘pulic figure’ yang dikenal sebagai tokoh budaya dan berkiprah di bidang pariwisata. Cok Ace untuk ketiga kalinya telah terpilih sebagai ketua BPD Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali periode 2015-2020.
Kharisma Cok Ace sebagai seniman, terlihat nyata apabila menarikan beberapa tarian sakral. Cok Ace berasal dari Puri Ubud, di mana ayahnya Tjokorda Gede Agung Sukawati, memiliki kontribusi besar karena turut membuat nama Ubud jadi termasyhur hingga mendunia.
“Kesantunan sikap mereka menjadi nilai sendiri. Namun pada dasarnya, di mana yang satu sudah begitu mengakar dengan rakyat kecil, dan satunya lagi sebagai tokoh budaya pariwisata, sehingga menjadi pasangan yang tepat memimpin Bali,” kata Cri Bhagawan.
Selanjutnya, sulinggih yang sudah mendaki lebih dari 84 gunung ini melanjutkan, pemimpin Bali mestinya mampu mengemban enam konsep ‘sad kerti’. Meliputi, pertama, ‘atma kerti’ yang berarti memberi wahana bagi masyarakat untuk menjaga dan membangkitkan kesucian melalui sekala, sakara dan niskala.
Berikutnya, kedua, ‘wana kerti’ sebagai upaya melestarikan alam dan menjaga tumbuhan karena merupakan sumber oksigen. Ketiga, ‘danu kerti’ yang bermakna memelihara sumber air termasuk sungai dan ‘kalebutan’, berhubung realitanya sekitar 600 sungai sudah kehilangan air.
Keempat, ‘segara kerti’ sebagai upaya menjaga kesucian lautan, supaya dijauhkan dari limbah. Dengan demikian, maka biota laut akan lestari dan tidak terusik kehidupannya. Kelima, ‘jagad kerti’ yang maksudnya menjaga tata ruang Bali, dengan asta kosala-kosali sesuai pakem ajaran leluhur. Sebaiknya tidak mengacu pada arsitektur barat, yang belum tentu sesuai dengan alam Bali. Dan keenam, ‘jana kerti’ yakni membangun ruang yang membahagiakan bagi manusia. Melalui penataan lingkungan dan menjaga sumber air.
Ajaran sad kerti inilah, menurut Cri Bhagawan, yang mestinya menjadi pegangan pemimpin sehingga Bali menjadi sejahtera dan masyarakatnya bahagia. Harapannya, nanti Bali akan kembali kepada zaman keemasan. Seperti pada masa Dalem Waturenggong, yang memerintah di Kerajaan Gelgel dengan kekuasaan wilayah seluruh Pulau Bali. Beliau memerintah selama 90 tahun pada periode abad XIV-XV, tepatnya tahun 1460-1550.
Cri Bhagawan melanjutkan, wilayah Nusantara termasuk Bali, diciptakan di tengah lautan yang mempesona. Keindahan Nusantara ini yang senantiasa harus dijaga, sehingga semestinya dipimpin oleh tokoh yang tepat. Pemimpin yang mampu menjadi matahari, yang mampu menyinari bagi hal yang baik atau buruk. Pemimpin yang mampu menjadi peneduh, dan jika sudah dipilih oleh rakyat, maka seyognyanya mampu menjadi pengabdi bagi seluruh rakyat.
“Jadi semoga nanti yang memimpin Bali benar-benar mampu mewariskan nilai-nilai tradisi dan budaya sesuai spirit leluhur di masa lalu, serta dapat berbuat bagi kebaikan Bali di masa yang akan datang,” ujar Cri Bhagawan. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com