Bangli, Dewata News. Com - Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali mengajak sejumlah wartawan media cetak, elektronik dan online turun ke lapangan melihat perkembangan Pabrik Kopi Kintamani, Selasa (5/9). Rombongan yang dipimpin Kabag Publikasi, Pengumpulan dan Penyaringan Informasi Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali Drs. Made Ady Mastika mengunjungi dua objek di Kabupaten Bangli yaitu Pabrik Pengolahan Kopi Arabika di Desa Mengani, Kintamani dan Museum Geopark.
Keberadaan Pabrik Pengolahan Kopi Arabika di Mengani, Kintamani menyita perhatian publik karena diviralkan Presiden RI Joko Widodo melalui media sosial. Rombongan media diterima langsung oleh Hendarto Setyobudi, pengelola dan barista yang meracik kopi di Istana Negara pada peringatan HUT Proklamasi RI ke-72, Agustus lalu.
Mengawali penjelasannya, Hendarto mengaku bangga karena diundang ke istana untuk menyajikan kopi bagi tamu negara. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk memperkenalkan kopi asli Kintamani. "Sambutan Bapak Presiden dan Ibu Negara sangat luar biasa dan beliau sangat suka," tuturnya. Pada bagian lain, Ia juga mengutarakan keprihatinan atas kondisi perkebunan kopi saat ini. Tahun ini, ujar Hendarto, sebagian besar petani kopi mengalami gagal panen. "Karena faktor cuaca, bahkan kami mengalami gagal panen hingga 60 persen," ujarnya. Selain gagal panen, produksi kopi makin terseok karena makin menyusutnya areal tanam. Pada tahun 1992, luas kebun kopi di Bali mencapai 9.000 hektare. "Tahun ini saya perkirakan hanya tersisi 3.500 hingga 4.000 hektare," terangnya. Menurutnya, makin berkurangnya areal tanam kopi disebabkan banyak petani yang beralih menanam sayur, bunga dan terjun ke dunia pariwisata.
"Hal itu cukup realistis karena pasar menuntut kopi kualitas tinggi dengan harga murah. Jadi pihak petani sangat dirugikan," ucapnya.
Menyikapi kondisi ini, sebagai pencinta kopi Hendarto terus berupaya menggugah minat petani untuk kembali menanam kopi. Tahun ini pihaknya menyiapkan 500 ribu bibit kopi untuk disebarkan kepada petani sekitar. Hendarto berpendapat, campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kembali sektor perkebunan kopi di Bali.
"Khusus untuk kawasan Kintamani, saya harapkan pemerintah mengatur zona tanam. Sehingga kopi, jeruk, bunga dan sayur bisa ditanam secara sinergi. Tak saling mematikan seperti yang terjadi saat ini," imbuhnya. Terlebih, kopi memiliki banyak nilai keunggulan dibanding hasil pertanian seperti jeruk dan sayur. "Kalau kopi kan tahan lama, sedangkan jeruk dan sayur cepat busuk. Seperti yang terjadi saat ini, panen jeruk melimpah. Alhasil harga pun terjun bebas," imbuhnya.
Pada bagian lain, Hendarto juga menjelaskan metode yang diterapkan di perkebunan dan pabrik kopi yang dikelolanya. Mengedepankan prinsip zero waste, semua unsur buah kopi diolah untuk menghasilkan nilai tambah. "Pulp atau kulit dan daging buah kopi yang biasanya terbuang, diolah menjadi tepung. Ini yang pertama di Indonesia," ucapnya. Sementara limbah buah kopi yang berupa kulit tanduk diolah menjadi bricket bahan bakar. Dengan pola yang diterapkan, pabrik pengolahan kopi Mengani Kintamani banyak mendapat apresiasi dari pencinta kopi dari Benua Eropa dan Amerika. Selepas mengunjungi pabrik kopi, rombongan wartawan juga diajak mengunjungi Museum Geopark.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com