Denpasar, Dewata News. Com - Hari raya Tumpek Landep yang jatuh setiap Saniscara Kliwon Wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali hendaknya dimaknai sebagai momentum untuk mengasah ketajaman pikiran serta meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar kita. Demikian disampaikan oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambrama wacananya seusai melakukan persembahyangan dalam rangka piodalan perayaan Tumpek Landep di Pura Penataran Agung Kerta Sabha Sabtu (2/9).
Lebih jauh Pastika menyampaikan Tumpek Landep yang berasal dari kata Tumpek yang berarti Tampek atau dekat dan Landep yang berarti Tajam, merupakan tonggak penajaman, citta, budhi dan manah (pikiran), dengan demikian umat selalu berperilaku berdasarkan kejernihan pikiran dengan landasan nilai - nilai agama. Tumpek Landep dapat dimaknai sebagi momen mengasah ketajaman pikiran dengan terus belajar dan menambah pengetahuan sehingga segala potensi yang ada dalam diri kita dapat memberikan manfaat sebesar besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
"Tumpek Landep bukan hanya rerainan untuk mengupacarai motor, mobil ataupun perabotan besi, tetapi lebih menekankan kepada kesadaran untuk selalu mengasah pikiran agar lebih tajam sehingga kita akan lebih peka dengan lingkungan sekitar. Gunakan segala pengetahuan, kemuliaanserta kekayaan yang kita miliki untuk berbagi antar sesama, sehingga tidak menggenang menjadi air yang busuk, Kita manfaatkan ketajaman pikiran untuk mengelola sumber daya yang ada untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, "imbuhnya.
Rangkaian prosesi piodalan yang turut dihadiri Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta serta Kepala OPD dan pejabat di lingkungan Pemprov Bali ini diawali dengan prosesi nedunang sasuhunan Ida Bhatara Hyang Siwa Pasupati yang disimbolisasikan berstana di keris, dari payogan beliau menuju Paruman di dalam pura untuk kemudian diupacarai. Prosesi yang "dipuput" oleh Ida Pedanda Putra Lor Singarsa dari Griya Simpangan Bernasi Buduk, Mengwi, Badung, juga diisi dengan Tari Rejang Renteng yang dipimpin langsung oleh Ny. Ayu Pastika serta Tari Topeng Tua dan Topeng Sidakarya. Prosesi diakhiri dengan persembahyangan bersama dan "nunas" atau meminta nasi yasa
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com