Buleleng, Dewata News.com — Petani Subak Celuk Buluh Desa Anturan, Kecamatan Buleleng bisa bernafas lega lantaran bibit padi hibrida menghasilkan panen melimpah ruah.
Padi hibrida yang mereka tanam tanpa terserang hama, 10 hektar tanaman padi Hibrida dan inHibrida itu kali ini bisa dilakkan dipanen bersama. Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Nyoman Swatantra, Dandim 1609/Buleleng Letkol Inf. Slamet Winarto, dan juga Perbekel Desa Anturan Made Budi Arsana melakukan panen bersama krama subak Jumat (18/08).
Kelompok Subak Celuk Buluh menanam padi jenis Hibrida dengan areal sawah seluas 10 hektare. Dalam program tersebut juga ditanam secara berdampingan padi Inhibrida seluas 5 hektar untuk membandingkan hasil produksinya.
Penanaman padi dengan metode ubinan pada areal persawahan dengan luas 10 hektare diperoleh hasil padi Hibrida 9,74 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Hasil panen kelompok kali ini dinilai meningkat dibandingkan dengan hasil panen padi sebelumnya.
Di sela-sela kegiatan Panen Raya itu Dandim Slamet Winarto mengatakan panen raya ini merupakan komitmen jajaran Kodim 1609 Buleleng untuk mengawal program ketahanan pangan yang telah dicanangkan pemerintah dalam program Nawacita Presiden Joko Widodo.
“Kegiatan panen raya ini adalah sebagai upaya peningkatan kesejahteraan para petani sesuai dengan intruksi Bapak Presiden RI, Joko Widodo terkait ketahanan pangan, Melalui kegiatan ini, kedepan kami harapkan para petani harus benar-benar sejahtera lahir batin," ujarnya.
Petani perlu sesuatu yang kongkrit untuk memecahkan masalah, salah satunya kami tugaskan pendampingan babinsa untuk meningkatnya hasil produksi padi seperti panen raya kali ini ” ucap Dandim Slamet Winarto.
Sebelum kelompok Subak melakukan penanaman, para petani lebih awal diberikan informasi tentang cara pola tanam dan perawatan serta pengelolaan pertanian yang benar agar hasil yang dicapai bisa lebih baik.
Dandim Slamat berharap keterlibatan dari seluruh stake holder guna mendukung Program Nawacita, khususnya bidang ketahanan pangan yang bertujuan kuat mewujudkan swasembada beras di Buleleng.
Kepala Dinas Pertanian Swatantra memaparkan dalam sosialisasi penanaman padi hibrida dan inHibrida dengan metode varietas ciherang yang baru berkembang dua tahun terakhir dilaksanakan secara bertahap setiap tahun.
Dari Data Distan Buleleng, bahwa hasil panen tahap I di tahun 2017 berkisar pada masa tanam bulan Oktober 2016 hingga Maret 2017, jumlah produksi beras di Buleleng sudah mencapai 55.293 ton dari 10.344 hektar luas tanam.
“Percontohannya sudah kami lakukan dua kali panen dengan sekarang. Sosialisasi padi hibrida ini memang penting untuk petani, kami dorong untuk menanam karena produksinya jauh lebih besar, sekarang tergantung para petani mau pilih yang mana agar hasil panenya meningkat, dengan metode seperti itu selama ini tak ada gagal panen laporan dari PPL” papar Swatantra.
Dengan hasil panen yang sangat meningkat dan tanpa serangan hama I Nyoman Swatantra juga menyarankan kepada para petani maupun pemilik lahan basah(Persawahan) agar mempertahankan lahan mereka untuk tidak dialih pungsikan seperti menjadikan perumahan atau bangunan BTN.
Pihaknya menganjurkan pemilik- pemilik lahan tidak mengalihfungsikan lahan subur menjadi lahan bangunan, kalau dijual kembali ke pertanian tak masalah. Tapi kalau semua menjual labahan basahnya untuk dijadikan lahan bangunan nanti lahan pertanianya habis.
"Sekarang kelompok subak sudah membuat perarem, nah itu yang paling penting untuk pertahankan lahannya” imbuhnya
Dari hasil panen di lahan percontohan antara padi hibrida varietas pioneer dan sembada di atas lahan 10 hektar jika dibandingkan dengan padi inhibrida varietas ciherang seluas 5 hektar terdapat perbandingan hasil produksi yang sangat tajam.
Jika satu hektar lahan padi hibrida jenis ciherang dapat menghasilkan 7,6 ton gabah, di satu hektar lahan padi hibrida dapat menghasilkan gabah kering hingga 9,74 ton.
Perbandingan hasil panen tersebut merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Selain memiliki kelebihan lebih produktif, padi hibrida juga sangat tahan dengan serangan penyakit dan hama.
Secara kasat mata, kata dia, baik waktu tanam hingga panen dan pemeliharaan, maupun harga jual antara padi hibrida dengan padi inhibrida tidak ada perbedaan. Hanya saja pemeliharaan padi hibrida memerlukan biaya lebih tinggi.
Selisihnya sekitar Rp 2 Jutaan jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan padi inhibrida karena pemeliharaan padi hibrida memerluran paket penerapan pupuk, air dan pengolahan tanah yang sesuai dengan ketentuannya.
"Pada panen raya kali ini, hasil produksi 2,2 ton lebih banyak pada padi hibrida, petani bisa mendapatkan selisih lebih hingga Rp 5 Juta” imbuhnya. (DN ~ TiR).--
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com