Buleleng, Dewata News. Com —Budayawan, Ketut Syahruwadi Abbas menyorot kebijakan pemerintah tak berbudaya yang berdampak negara dan bangsa ini harus mengimport bahan pangan. ”Jika kebijakan pemerintah itu berbudaya, masyarakat akan tetap memanfaatkan potensi yang ada di wilayah masing-masing sebagai warisan leluhur,” kata Syahruwardi Abbas ketika memberikan orasi budaya di panggung Taman Kota Singaraja, Sabtu (25/03) malam.
Secara khusus tampil memberikan orasi budaya menyemarakkan Pesta Puisi dan Teater yang digelar Dermaga Seni Buleleng (DSB) mewarnai HUT ke-413 Kota Singaraja yang malam itu dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Buleleng, Drs.Gede Suyasa, M.Pd mewakili Bupati PAS.
Warga ”liar” Jakarta-Bali asal Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali ini secara khusus pulkam serangkaian gemuruh seni sastra&terater di Kota Singaraja, tidak saja memperingati HUT ke-413 Kota Singaraja, tetapi digelindingkannya Festival 100 Monolog Putu Wijaya yang diawali di Rumah Mahima, Singaraja, Rabu (22/03) lalu.
Terkait kebijakan pemerintah tak berbudaya, Syahruwadi Abbas mengelitik pemerintah membuat kebijakan berbudaya. Seiring gemuruh seni sastra modern yang terus menggeliat di Kota Singaraja, ia meminta Pemkab Buleleng lebih memberikan arti, karena Buleleng di bidang sastra modern dikenal dengan AA Panji Tisna sebagai budayawan pertama di Bali mendobrak kancah nasional.
Senada dengan Syahruwardi Abbas, maestro Ni Putu Putri Suastini juga sangat berharap pemerintah kabupaten/kota di Bali memberikan ruang gerak keberadaan sastra modern, karena sastra daerah dan tradisional Bali sudah lebih banyak memperoleh, khususnya pada Pesta Kesenian Bali.
”Melalui anggota parlemen yang sebagian besar ditempatkan atas rekomendasi DPP PDIP, agar lebih mempertajam imbauan agar geliat sastra modern bisa masuk dalam APBD kabupaten/kota di Bali,” kata istri Wayan Koster ini.
Penekanan tajam dari budayawan Syahruwardi Abbas maupun Putu Putri Suastini mengingat potensi yang ada dari kalangan remaja mencintak sastra modern semakin menggeliat, sehingga otak anak bangsa ini mampu seimbang.
Kadis Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Buleleng, Gede Suyasa memberikan apresiasi dan akan melanjutkan kepada pihak-pihak pengambil kebijakan.
Memang harus diakui, Dermaga Seni Buleleng yang keberadaannya dicetuskan ”ATD” (Gede Artawan, Made Tirthayasa, Gede Dharna) sejak era kepemimpinan Bupati Ketut Wirata Sindhu senantiasa eksis dibelantika sastra modern, baik melalui lomba penulisan puisi dengan ”Singaraja Award” maupun Pesta Puisi dan Teater. Sementara komunitas seni sastra modern semakin menggeliat hampir di semua sekolah, baik SMP, SMA/SMK maupun di perguruan tinggi, khususnya di kampus seribu jendela. (DN ~ TiR).
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com