Buleleng, Dewata News. Com - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta didampingi Karo Kesra Setda Provinsi Bali A.A Gede Geriya, Senin (2/01) pagi menghadiri rangkaian karya Ngenteg Linggih, Mamungkah, Mendem Pedagingan, Malik Sumpah Utama di Pura Dalem Desa Pakraman Keduran, Banjar Dinas Keduran, Desa Madenan, Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Dalam kesempatan tersebut, Sudikerta mengatakan jika pelaksanaan ritual yadnya harus menyesuaikan dengan kemampuan tanpa harus memaksakan untuk bisa terlihat mewah. Lebih dari itu, yadnya juga harus dilaksanakan dengan tulus sehingga berjalan baik dan lancar sesuai yang diharapkan.
Ditambahkan Sudikerta, dalam pelaksanaan sebuah yadnya juga harus dibarengi dengan perilaku yang suci dengan berlandaskan Tri Kaya Parisudha, yaitu berpikir yang suci (Manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika). Ketiganya merupakan etika dalam agama Hindu yang akan memberikan tuntunan dan jalan menuju pada kedamaian terhadap yadnya itu sendiri.
“Pelaksanaan Yadnya juga harus berlandaskan Tri Kaya Parisuda yang akan memeberikan tuntunan kepada kita semua untuk menuju kedamaian, karena pada hakekatnya hanya dari adanya pikiran yang benar akan menimbulkan perkataan yang benar sehingga mewujudkan perbuatan yang benar pula,” ujar Sudikerta dalam Sambrama Wacana singkatnya dibawah guyuran hujan.
Lanjut Sudikerta, Yadnya bukanlah sekedar upacara keagamaan semata, lebih dari itu yadnya merupakan bentuk sujud bhakti kepada hyang Widhi. Untuk itu, dalam pelaksanaan yadnya yang dilaksnakan memiliki kualitas Satwika Yadnya yaitu yadnya yang dilaksanakan dasar utama sradha bakti, lascarya, dan semata melaksanakan sebagai kewajiban serta berdasarkan dengan sastra agama.
"Apapun bentuk yadnya yang dilakukan seperti persembahan, pengendalian diri, punia, maupun jnana jika dilandasi bakti dan tanpa pamrih maka tergolong Satwika Yadnya dan niscaya karya tersebut akan berjalan dengan sangat hikmat," pungkasnya.
Tak hanya itu, Sudikerta juga berharap agar Umat bisa mengerti atau memahami seperti apa karya yang dilaksanakan, karena selama ini banyak yang hanya mengikuti proses karya akan tetapi tidak mengetahui makna karya itu sendiri. (DN - NgR)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com