Buleleng, Dewata News. Com - Selain Hari Raya Nyepi, masyarakat umat Hindu di Bali juga melaksanakan Hari Raya Pagerwesi yang jatuh setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan dalam kalender Hindu. Hari Raya Pagerwesi memiliki makna sebagai hari raya bagi semua masyarakat, baik pendeta maupun rohaniawan. Tujuannya? Untuk memagari jiwa dalam rangka penyucian diri supaya bisa menerima kemuliaan dan keberkahan dari Tuhan Yang Menciptakan.
Seperti pada hari Budha Kliwon wuku Sinta, Rabu (25/01), menjelang matahari terbit di ufuk timur, warga masyarakat sudah mulai disibukkan melaksanakan perayaan. Pagerwesi. Harumnya asep menyan dan dupa menyeruak di pagi yang suasananya adem, karena habus turun hujan kemarin sore. Nyanyian Tuhan (Bhagawad Gita) maupun nyanyian Dewa Yadnya dikumandangkan dari hampir semua sanggah_merajan_(pura keluarga) mengiringi sujud bhakti persembahyangan. Setelah itu, warga melanjutkan persembahyangan di Pura Kahyangan Tiga mauoun Padmasana atau Pura di tempat kerja masing-masing.
Makna Pagerwesi
Kata Pagerwesi memiliki arti pagar yang terbuat dari besi. Secara harfiah, kata tersebut melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat. Atau dalam makna lainnya, sesuatu yang dipagari merupakan yang bernilai tinggi sehingga tak boleh sedikitpun mendapatkan gangguan apalagi yang merusak. Sanghyang Pramesti Guru yang menjadi tujuan utama dilakonkannya upacara Pagerwesi ini ialah manifestasi Tuhan yang dipercaya merupakan gurunya manusia dan alam semesta.
Pelaksanaan upacaranya snagat unik dan lain dari yang lain, karena dilakukan di tengah malam buta. Upacara ini diutujukan kepada Panca Maha Butha yang merupakan 5 unsur terbentuknya manusia yang terdiri dari tanah, air, api, angin, dan ruang/ tempat. Pasca melakukan upacara ini, maka selanjutnya melaksanakan Yoga-Samadhi untuk lebih menentramkan jiwa dan fikiran supaya bisa menolak berbagai hasrat yang tidak baik.
Perayaan Hari Raya Pagerwesi ini adalah rangkaian dari hari raya yang ada di Bali, dan bagi Anda yang ingin melihat dan menyaksikan upacara adat pada hari raya Pagerwesi ini ada baiknya menyatu atau bersosialisasi dan terjun langsung ke masyarakat, disitu Anda akan merasakan suasana dan keberadaannya juga keunikan dari upacara tersebut.
Makna filosofinya adalah hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, dengan adanya guru kita bisa mengetahui mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, tanpa guru kita bisa kehilangan arah dari tujuan semula sehingga tindakan bisa jadi salah arah . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan “pager besi” untuk melindungi hidup kita di dunia dan di alam lain nanti. Pengetahuan akan lebih bermakna dan berarti bila ada Guru yang membimbing, mengajarakan dan mengayomi.
Selamat Merayakannya!
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com