Badung, Dewata News. Com - Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia tentunya memiliki berbagai persoalan dalam pengelolaan pariwisata, salah satunya adalah masalah sampah. Jumlah produksi sampah di Bali lebih kurang 4.000 ton per hari dengan komposisi 70% sampah organik dan 30% anorganik diantaranya 11% sampah plastik. Dalam menanggulangi hal tersbeut, Pemerintah Provinsi Bali beserta seluruh komponen masyarakat berkomitmen untuk menanggulangi permasalahan sampah yang diwujudkan dengan mencanangkan program strategis di bidang lingkungan hidup yaitu “Bali Green Province”, sebagai upaya untuk menjaga kesejukan dan kenyamanan Pulau Bali. Demikian terungkap dalam sambutan Gubernur Bali Made Mangku Pastika yang dibacakan oleh Asisten Ekonomi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Bali Dewa Sunarta pada acara Kunjungan Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Belanda Sharon Dijksma yang dipusatkan di Bali Green School, Abiansemal-Badung, pada Kamis (24/11).
Lebih lanjut, dalam sambutannya Pastika mengungkapkan bahwa program “Green Province” tersebut dilaksanakan melalui 3 strategi dasar, yaitu Green Culture merupakan suatu gerakan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian seluruh komponen masyarakat melalui pendidikan formal, informal maupun non-formal untuk perlindungan, pengelolaan dan berbudaya lingkungan. Kedua Green Economy, yaitu suatu gerakan untuk mendorong para pelaku usaha untuk melakukan upaya-upaya nyata dalam pengendalian pencemaran oleh sampah dan limbah serta melakukan efesiensi energi, air dan sumber daya lainnya. Ketiga, Clean & Green, merupakan suatu upaya bersama untuk menciptakan daerah Bali yang bersih sehingga mampu mengadaptasi dan memitigasi perubahan iklim. Dalam mewujudkan ketiga strategi tersebut, Pemprov Bali melalui Badan Lingkungan Hidup telah melakukan kerjasama pengelolaan sampah plastik dengan Bye Bye Plastic Bags, PT. Enviropallets, PT. Nirwana Alam Hijau (Plastic Biodegredable) dan Desa Sadar Lingkungan. Selain itu, saat ini juga telah terbentuk kelembagaan sosial yang menangani sampah seperti: Desa sadar Lingkungan 136 buah; Desa Unit Percontohan Pengelolaan Sampah 9 buah; Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) 44 unit; Bank Sampah 197 unit; Sekolah peduli Lingkungan 224 sekolah dan pengembangan pola kemitraan dengan pelaku usaha melalui CSR yang ada di Bali. Seluruh usaha yang telah dilakukan merupakan upaya bersama dalam menanggulangi permasalahan sampah di Bali. Pastika juga berharap, selain usaha yang telah dilakukan pemerintah tersebut, juga harus diimbangi dengan komitmen nyata masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kenyamaan lingkungan, salah satu contoh kecilnya adalah tidak membuang sampah sembarangan.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Belanda Sharon Dijksma mengatakan bahwa Bali merupakan Pulau yang sangat istimewa, dimana selain menawarkan pemandangan yang indah juga keberadaan budaya serta kehidupan masyarakat lokalnya sangat harmonis. Ia juga mengapresiasi langkah Pemerintah Daerah dalam penanganan sampah, yang sangat kooperatif dan menyentuh berbagai lapisan. Menurutnya, menangani permasalahan sampah tidak dapat dilakukan oleh Pemerintah saja, namun perlu dukungan dan kerjasama dari semua pihak, baik dunia pendidikan, dunia usaha melalui CSRnya maupun masyarakat secara umum. Untuk itu, dalam kunjungannya tersebut, Ia ingin mendapatkan suatu metode penanganan sampah yang dilakukan oleh dunia pendidikan maupun CSR dan nantinya dapat diaplikasikan di Belanda, sebagai suatu usaha dalam menanggulangi sampah.
Sementara itu, Pengawas Yayasan Kulkul pada Bali Green School Theodore Bakker menyampaikan terimakasih atas dipilihnya sekolah berbasis sekolah hijau dan ramah lingkungan tersebut sebagai tujuan kunjugan. Ia mengatakan bahwa, kurikulum di sekolah yang telah diresmikan sejak tahun 2009 tersebut berbeda dengan sekolah lainnya. Green School memiliki 3 aspek utama dalam penerapan kurikulum, yaitu Inggris-Matematika-Sains. Kedu a, Green studies, dimana murid akan belajar tentang lingkungan dan dunia ekologi, seperti menanam tanaman sendiri, minum dari air sumur yang dimurnikan, mendaur ulang sampah, serta menggunakan toilet kompos yang mengubah kotoran menjadi biogas. Ketiga, Creative Arts, yang fokus pada seni dan budaya dalam pengaruh lokal. Tujuannya adalah untuk membangun generasi muda untuk terus maju, tetapi tidak menutup diri pada pembelajaran yang konvensional. Hal tersbeut telah diwujudkan dalam berbagai aksi nyata dari siswa/i disekolah tersbeut, seperti volunteer Bye Bye Plastic Bag serta bebrgaai aksi nyata lainnya. ia berharap dengan berbagai metode pembelajaran yang telah diberikan kepada siswa/i disekolah tersbeut, dapat mejadi contoh untuk sekolah-sekolah lainnya sehingga semakin banyak generasi muda yang peduli terhadap lingkungan.
Pada kesempatan tersebut Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Belanda juga berkesempatan berdiskusi langsung dengan para siswa terkait isu perubahan iklim dan penanganan sampah, selanjutnya rombongan yang juga didampingi oleh Duta Besar RI untuk Belanda I Gusti Wesaka Puja, berkesempatan mengunjungi pabrik pengelolaan sampah plastik yaitu PT. Enviropallets yang terletak di Kediri-Tabanan , serta mengunjungi Bali Beach Clean Up Project yang merupakan CSR dari Coca-Cola dan Quicksilver bertempat di Pantai Seminyak,Kuta-Badung.
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com