Denpasar, Dewata News. Com - Hasil kerajinan Bali sangat terkenal karena memiliki keindahan fisik yang bernilai seni tinggi. Namun disamping keindahan fisiknya, kerajinan yang dibuat berdasarkan kebudayaan yang berkembang dimasyarakat tersebut memiliki makna filosofi yang sangat dalam, yang bisa dijadikan pedoman hidup dan patut diperkenalkan kepada dunia. Dan makna filosofi yang dimasukan dalam cerita pembuatan kerajinan pun akan menambah nilai jualdari hasil kerajinan tersebut.
Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat berdialog dengan salah satu pengrajin patung berbahan uang kepeng ketika meninjau pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38, yang sudah berlangsung hampir seminggu di UPT. Taman Budaya,, Denpasar, Selasa (14/6).
“Bali kan terkenal dengan kerajinannya, seperti contohnya patung Dewi Saraswati ini, saya ingin memperkenalkan filosofi patung itu sebagai lambang ilmu pengetahuan, jadi tidak hanya sekedar patung itu indah dari fisiknya. Dan cerita itu akan menambah nilai jualnya, karena karya seni yang dibarengi dengan cerita akan lebih berharga daripada karya seni biasa. Itulah the power of words (red : kekuatan kata-kata) dalam sebuah cerita, yang bisa mempengaruhi penikmat seni itu, ” cetus Pastika.
Untuk menunjukan satu karya seni lebih bernilai, Gubernur Pastika menghimbau agar para pengrajin menyertakan spesifikasi hasil kerajinannya, seperti bahan material, nama pembuat, karya yang sudah pernah dihasilkan oleh si pembuat, makna yang terkandung, serta menyertakan dalam bahasa internasional agar lebih gampang dipahami oleh wisatawan mancanegara. Pastika berharap karya seni harus bisa memberikan penghidupan bagi para pelakunya, sehingga bisa dijadikan pegangan hidup dalam meningkatkan taraf hidup, bukan sekedar mengerjakan karena hobi.
Pada kesempatan itu, Gubernur Pastika juga menanggapi beberapa pertanyaan dari awak media menyangkut pelaksanaan PKB tahun ini. Seperti diantaranya terkait belum adanya stand khusus yang menjual buku agama, ditanggapi Gubernur Pastika bahwa awal dibentuknya PKB merupakan ajang pagelaran seni-budaya, bukan tentang keagamaan, dan kegiatan tersebut sudah diatur dalam Pergub. Sehingga menurutnya pelaksanaan kedepan perlu revisi pada payung hukum yang mengatur kegiatan tersebut, agar stand yang diminta bisa diikutkan dalam ajang PKB.
“Saya mengerti staf saya bekerja berdasarkan aturan, jika dalam aturan tidak memungkinkan tentu saja stand itu tidak ada. Kedepannya kan tinggal mengadakan revisi terhadap peraturannya, tolong nanti dibuatkan Pergubnya biar stand yang diminta bisa ikut dalam ajang PKB tahun depan,” imbuh Pastika.
Permasalahan parkir yang kerap membayangi pelaksanaan PKB dari tahun ke tahun pun ditanggapi datar oleh rang nomor satu di Bali tersebut. Gubernur Pastika menyatakan momen PKB juga sudah dinanti-nanti masyarakat setempat untuk ikut mengais rejeki, sehingga selama tidak mengganggu jalannya PKB dan tidak menggunakan fasum hal tersebut dinilai wajar-wajar saja.
“PKB kan musiman setahun sekali sebagai tambahan penghasilan masyarakat setempat, selama masih aman-aman saya sih tidak apa-apa. Memang sih tidak nyaman sedikit, tetapi toh nyame pagelahan, nyame Bali, jadi mari sama-sama saling memahami,” pungkas Pastika.
Peninjauan Gubernur Pastika kala itu turut didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Beratha, Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra, SH.,MH, Kepala UPT. Taman Budaya Gede Sridharma, serta beberapa perwakilan instansi terkait. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com