Denpasar, Dewata News. Com - Pementasan tabuh-tabuh klasik Angklung oleh Sakaa Angklung Gita Saraswati duta Kabupaten Badung di kalangan Angsoka, Taman Budaya, Art Center, Denpasar pada Senin (13/6) siang mendapat apresiasi yang cukup tinggi dari penonton yang hadir di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke XXXVIII.
Dengan membawakan beberapa tabuh dan tari seperti Tabuh Giri Langu, Tari Tenun, sebuah tarian yang yang melukiskan keindahan wanita Bali yang sedang menenun. Seperti diketahui, menenun adalah proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang secara melintang pada benang-benang yang lainnya dan dituangkan dalam gerak tari yang gemulai dengan perasaan tenang dan gembira.
Penonton kemudian bersorak memberikan applause ketika dipentaskan Tari Oleg Tamulilingan yang mengisahkan sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang bermain, bercanda ria, kesana-kemari sambil sesekali mereguk nikmat dan harum wanginya kembang di taman bunga.
Menurut I Made Mindrawan selaku pembina tabuh, pementasan Tabuh Klasik Angklung diajang PKB ke 38 selain untuk menunjukkan kekhasan dari kabupaten Badung, juga sebagai upaya pelestarian dari kesenian tersebut. Mengingat dikalangan masyarakat kini seni tabuh klasik ini mulai sedikit peminatnya untuk mendalaminya. Dengan dipentaskannya tabuh klasik angklung dari Sekaa Angklung Gita Saraswati ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kecintaan masyarakat terhadap gamelan angklung.
“Pementasan kali ini selain penunjukan dari Dinas Kebudayaan, juga sebagai pelestarian agar Angklung tetap lestari karena dalam perkembangannya sudah mulai menampilkan kebyaran dengan catatan tari-tariannya tersebut di transfer melalui gong kebyar sehingga fungsinya bisa dipergunakan untuk yadnya dan juga mengiringi pernikahan,” ungkapnya.
Diakhir penampilan, Sekaa Angklung Gita Saraswati menampilkan tabuh kreasi pepanggulan dengan judul “Akil Balik” yang merupakan masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, sikis dan pematangan fungsi seksual yang juga disebut dengan sebutan Akil Balik. Yaitu masa yang penuh dengan angan-angan fantasi, khayalan dan perdayaan (tipuan), terlalu mementingkan diri sendiri dan susah tidur.
Sementara itu, Made Ardika (30) penonton asal Gianyar mengaku senang kesenian Angklung bisa tampil diajang PKB. Menurutnya, angklung biasanya identik dengan "Pitra Yadnya" dan tidak banyak peminatnya.
"Ya saya senang nontonnya tadi, biasanya Angklung kan kita ketahui banyak dipakai saat acara Pitra Yadnya. Terlebih kan sudah sedikit peminatnya dan sekarang dipentaskan di PKB dengan garapan berbeda, bisa kita lihat bagaimana antusias masyarakat untuk menyaksikannya," pungkas Ardika.
Untuk diketahui, Gamelan Angklung adalah gamelan berlaras slendro, tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrumen berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang ditambah angklung bambu kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat gamelan yang relatif kecil dan ringan (sehingga mudah dimainkan sambil berprosesi). Di Bali Selatan gamelan ini hanya mempergunakan 4 nada sedangkan di Bali Utara mempergunakan 5 nada. (DN - AN)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com