Denpasar, Dewata News. Com - Seni yang berkembang selama ini di Bali yang kebanyakan merupakan seni rakyat yang menyatu dengan kehidupan masyarakat, berkembang hanya di lingkungannya, dan tanpa didukung oleh sarana prasarana yang memadai dalam pementasannya.
Diperlukan evaluasi terhadap hasil karya seni tersebut, baik dari segi kualitas, maupun wawasan yang lebih luas, pengetahuan lebih dalam dan profesionalitas pelakunya. Sehingga kesenian yang melekat pada masyarakat Bali yang sudah menjadi kehidupan dan penghidupan, bisa benar-benar menjadi pementasan yang layak untuk ditonton, serta mensejahterakan pelakunya.
Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat membuka Sarasehan serangkaian Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-38 di Gedung Citta Kelangen Institut Seni Indonesia Denpasar, Senin (20/6).
“Kita hidup dalam kesenian, ini yang kita jual pada dunia pariwisata yang berkembang di Bali, inilah kehidupan dan penghidupan kita, sehingga saya harapkan terus ada peningkatan kreatifitas dan profesionalitas para seniman dan pelaku seni,” ujarnya.
Menurut Pastika harus ada fasilitas pendukung seperti sound system danlighthing effect, serta stage management, harus dikombinasikan, sehingga betul-betul menjadi tontonan yang berkualitas.
“Itu yang kita harap-harapkan sebenarnya, jangan asal jadi, sudah seharusnya kita menunjukkan kualitas, agar kedepan seni itu benar-benar bisa menjadi penghidupan yang mensejahterakan pelakunya,” cetus Pastika.
Pastika juga menekankan pentingnya wawasan para pelaku seni agar bisa mengimbangi perkembangan yang terjadi, bahkan menurutnya para pelaku seni perlu mempelajarienterpreneurship, terutama terkait kompetensi yang dimiliki agar memiliki ciri khas, yang bisa dipatenkan menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), sehingga kedepannya tidak menimbulkan masalah.
“Saya berharap pemahaman enterpreneurship juga ditanamkan dalam berkesenian. Dulu kita tidak pernah memikirkan Intellectual Property Right (HAKI), seniman Bali suka karyanya ditiru orang lain, dibikin tapi tidak didaftarkan HAKI, dan akhirnya diproduksi dan dipasarkan diluar negeri, serta mereka yang mengklaim. Saat kita memproduksi lagi, kita yang ditangkap karena melanggar HAKI,” beber Pastika.
Ia pun menyatakan besarnya dukungan Pemprov terhadap pelaksanaan seni di Bali yang semakin besar, seperti pelaksanaan PKB sebagai ajang pelestarian dan penggalian seni baru, yang sudah dilaksanakan dari dulu namun terus didukung dengan upaya peningkatan kualitasnya. Berikutnya pelaksanaan pagelaran baru yang tak kalah besar yakni Pagelaran Bali Mahalango, pameran pembangunan yang didalamnya juga terdapat nilai kesenian, serta Gelar Seni Akhir Pekan (GSAP) yang dilaksanakan sepanjang tahun.
“Kita ingin memberikan ruang seluas-luasnya bagi budayawan dan seniman Bali untuk berkreasi dan tampil mementaskan karyanya. Jika hanya berkreasi tapi tidak tampil, itu akan kurang berguna. Kurang berguna bagi dirinya maupun kurang berguna bagi masyarakat, oleh karena itu juga ISI dan UPT. Taman Budaya disatukan, agar Taman Budaya bisa menjadi laboratorium praktek bagi mahasiswa dan dosennya, sehingga tidak ada waktu yang lenggang, semua bisa berkreasi sesuai titik berat masing-masing,” pungkas Pastika.
Sementara itu Koordinator Sarasehan yang juga Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Wilayah Kerja Bali NTB, dan NTT Made Darma Suteja, menyatakan dukungannya terhadap pelaksanaan PKB, karena dinilai sebagai satu langkah sistemik Pemprov bersama seluruh elemen masyarakat dalam memajukan kebudayaan dan kesenian daerah. PKB ke-38 yang mengusung tema kearifan lokal “Karang Awak”, diharapkan mampu merefleksikan keseimbangan budaya, ekonomi, teknologi menuju asas peningkatan kualitas kehidupan, penghidupan, dan kompetensi diri yang berfokus pada relasi budaya, kehidupan dan penghidupan.
Acara pembukaan Sarasehan dihadiri oleh Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid , Ketua FKUB Provinsi Bali Ida Penglisir Agung Putra Sukahat dan dihadiri para Akademisi dan Budayawan, turut diisi pementasan Pentas Musikalisasi oleh Sanggar I Gusti Damar Gerantang asal Kabupaten Tabanan. Sarasehan ini menampilkan keynote speaker yaitu Dirjen Kebudayaan Hilamr Farid yang dipandu oleh Rektor ISI Made Arya Sugiartha dan panel diskusi yang menampilkan Narasumber AA Rai Arma, Prof. Dr. I Wayan Ramantha, I Nyoman Wija dan dipandu oleh I Wayan Juniartha. (DN - HuM)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com