Buleleng,
Dewata News.com — Seiring
perkembangan jaman saat ini, ketertarikan generasi muda di Kabupaten Buleleng,
Bali akan seni prembon mulai memudar. Alhasil, eksistensi kesenian prembon
sebagai salah satu warisan budaya di Bali ini kian memudar dan terancam
tergusur oleh pengaruh budaya luar.
Itu tercetuskan oleh salah satu seniman prembon di Buleleng asal
Padangbulia, I Made Wijana di Singaraja, Minggu (05/06). Menurutnya,
ketertarikan generasi muda saat ini lebih banyak mengarah pada pengaruh budaya
luar.
Pemeran Desak Rai pada jamannya ini menuturkan, pengaruh budaya luar
tidak dapat dipungkiri telah menggeser budaya asli suatu daerah. Lantas bagaimana upaya yang ia lakukan menjaga eksistensi kesenian
prembon ditengah gencarnya pengaruh budaya luar ke Buleleng?
Pria kelahiran 20 April 1966 ini mengakui, selain tetap melakoni seni
prembon, ia berupaya menarik minat penonton dengan memporsikan lebih banyak banyolan dibanding tatwa.
Untuk diketahui, kesenian prembon diperkirakan muncul pada masa
revolusi, tepatnya tahun 1942. Ketika pertamakali diciptakan, prembon lahir
dari penggabungan seni topeng dan seni arja. Lakon yang ditampilkan pada
umumnya bersumber dari cerita Babad serta sejarah lainnya, sebagaimana halnya
dramatari topeng. Sedangkan gamelan pengiringnya, adalah gamelan gong kebyar.
Wijana berharap eksistensi kesenian prembon sebagai warisan budaya di
Buleleng tetap lestari, dan semestinya tersentuh pada ajang PKB Kabupaten
Buleleng. (DN ~ TiR).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com