Buleleng, Dewata News.com – Nasib malang dialami Halimatus
Sakdiyah (44) warga dari Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur bersama
bayinya yang baru dilahirkan beberapa hari lalu di RSU Karya Dharma
Husada (KDH) Singaraja. Lantaran tidak punya biaya bayar persalinan,
mereka terpaksa harus tetap bertahan di rumah sakit tersebut. Sudah 9
hari lamanya, Halimatus masih bertahan di Ruang Belibis Rumah Sakit
tersebut.
Sebenarnya, Halimatus bisa ke luar dari rumah sakit tersebut pada
Rabu (11/5) lalu. Namun karena biaya tidak ada, Halimatus terpaksa
diminta pihak Rumah Sakit tetap bertahan. Halimatus maupun suaminya,
Sowono ternyata tidak memiliki KTP Bali, sehingga menyulitkan mereka
untuk mendapatkan bantuan. Mereka baru setahun tinggal di Buleleng,
tepatnya di wilayah Sukasada.
Menurut penuturan Sowono, sudah ada total biaya sebesar Rp9 juta
lebih, harus dibayarkan dirinya agar bisa membawa pulang istrinya dan
anaknya dari rumah sakit tersebut. Selama ini diakui Warsono, pelayanan
dari rumah sakit itu masih tetap berjalan seperti biasa, tanpa ada
hambatan.
“Terus kok masih di infus, pelayanannya masih terus berjalan seperti
biasa, tapi itu sudah biayanya kan jadi numpuk. Sekarang katanya sudah
mencapai Rp9 juta rupiah, dimana saya cari uang. Saya ada KTP Jawa, tapi
di sini nggak bisa dipakai untuk dapat bantuan,” tutur Sowono, Selasa
(18/5) di rumah sakit.
Ia pun kini hanya berharap, adanya uluran tangan dari masyarakat,
untuk dapat meringankan beban mereka. Sehingga, istri dan anaknya bisa
ke luar dari rumah sakit.
Sementara Kepala Dinas Sosial Kabupaten
Buleleng, Gede Komang, yang mendengar kabar tersebut langsung
mengunjungi ibu yang melahirkan di Rumah Sakit tersebut. Gede Komang
pun, melihat keadaan sesungguhnya Halimatus sekaligus melakukan
koordinasi dengan pihak Rumah Sakit.
Pemilik Yayasan Karya Dharma Husada (KDH) yang menaungi Rumah Sakit
KDH Singaraja, Gusti Rai Sukerti,l menjelaskan, pihak rumah sakit
sebenarnya tidak ada menelantarkan pasien maupun bayi ini. Selama ini,
pasien tetap diberi makan dan bayinya tetap diberikan susu. Ia pun
menuturkan, awalnya Halimah datang bersama suaminya, Suwono. Tapi,
karena KTP yang dibawa masih KTP Jawa, Suwono memutuskan untuk masuk
sebagai pasien umum.
“Suaminya yang bersikeras katanya bisa membayar biaya, namun setelah
kami tunggu pembayaran ternyata belum dilakukan. Suaminya itu mengaku,
masih menunggu kiriman uang dari keluarganya yang di Jawa. Tapi sampai
saat ini belum juga diterima. Kami masih terus menunggu pembayarannya,”
tutur Rai Sukerti.
Rai Sukerti juga menambahkan, Yayasan KDH maupun RS KDH mempunyai
program yang diperuntukkan bagi pasien kurang mampu. Biaya diberikan
potongan harga bagi pasien yang kurang mampu. “Kami akan bantu jika
pasien jujur dan benar-benar tidak punya. Nanti yayasan yang membayarkan
ke rumah sakit. Tidak hanya di RS KDH ini saja melainkan di seluruh
RS,” jelasnya.
Kadinsos Buleleng, Gede Komang menerangkan, kunjungannya ini
merupakan kepedulian Pemkab Buleleng dari sisi kemanusiaan yang tidak
membedabedakan suku, agama, ras, dan golongan. Menurutnya, pembiayaan
akan ditanggung oleh yayasan-yayasan seperti Yayasan KDH dan Sekaa Demen
Buleleng Social Community (BSC), dan yayasan lain. (DN ~ PB).
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com