Nusa Dua, Dewata News.com – Usai sudah pertarungan delapan
kandidat calon ketua umum partai Golkar pada Musyawarah Nasional Luar
Biasa (Munaslub) yang digelar di BNDCC Nusa Dua, 14-17 Mei 2016.
Selasa (17/5) pagi, kandidat nomor 2, Setya Novanto (Setnov),
akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Golkar melalui mekanisme voting
tertutup. Setnov yang akan menakhodai partai Golkar hingga tahun 2019
itu menjungkalkan tujuh pesaingnya dalam satu putaran pemilihan. Mereka
yang terdepak itu adalah Ade Komarudin, Airlangga Hartarto, Mahyudin,
Priyo Budi Santoso, Aziz Syamsuddin, Indra Bambang Utoyo, dan Syahrul
Yasin Limpo.
Ada 554 suara yang diperebutkan oleh para kandidat pada pemilihan
yang berlangsung jam 03.00 Wita itu. Sejatinya ada 560 suara, namun enam
suara dinyatakan gugur, yakni empat DPD II dari Sulawesi Tenggara,
karena tidak mengantongi ID Card untuk pemilihan. Dua suara lainnya yang
dinyatakan gugur adalah dari Ormas Gokmar, yakni Kosgoro dan Soksi.
Suara kedua ormas ini gugur karena masih ada dualisme kepemimpinan.
Pada pemilihan pada putaran pertama, Setnov mengantongi 277 suara,
disusul Ade Komarudin 173 suara, Azis Syamsudin 48 suara, Syahrul Yasin
Limpo 27 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Mahyudin 2 suara, Priyo
Budi Santoso dan Indra Bambang Utoyo masing-masing 1 suara. Suara tidak
sah sebanyak 11 suara.
Dari perolehan suara itu, Ade Komarudin (Akom) dan Setnov sebenarnya
bisa melanjutkan pertarungan ke putaran kedua, karena perolehan suara
keduanya sudah lebih dari 30 persen. Namun, di luar prediksi, Akom
menyatakan mundur dari pertarungan putaran kedua, dan dengan legowo
mengakui Setnov sebagai pemenangnya.
Padahal sebelum pemilihan, kedua kandidat itu bersaing dalam dalam
tensi yang panas. Jual beli statemen antar-tim sukses mewarnai dinamika
persaingan mereka. Ketua pimpinan sidang, Nurdin Halid, akhirnya
mengetuk palu mengesahkan kemenangan Setnov. Akom dan Setnov kemudian
saling berpelukan. Demikian pun dengan kandidat lainnya.
Usai pemilihan, Akom menjelaskan alasan pengunduran dirinya dari
putaran kedua. Ketua DPR RI ini ingin menjalankan demokrasi yang efesien
dan lebih produktif. “Ya, begini ini demokrasi, harus efi sien.
Demokrasi itu harus produktif, demokrasi itu harus untuk memperkuat
persatuan, bukan untuk berceraiberai. Jadi, demokrasi kalau
diperlihatkan menuju perpecahan, ya kita harus mengendalikan demokrasi
itu dengan baik,” ujarnya.
Menyikapi pengunduran diri Akom, Setnov menyampaikan apresiasi. Ia
memuji Akom karena memberi pelajaran politik baru bagi Golkar. “Saya
bangga dan hormat pada Pak Ade (Akom), karena memberikan hal yang baru
pada Partai Golkar. Saya juga berterima kasih kepada seluruh rakyat
Indonesia, dan jabatan ini akan saya pertahankan,” ujarnya.
Lebih lanjut, wakil rakyat dari Dapil NTT ini menegaskan akan
merangkul seluruh caketum dalam pengurus DPP Golkar untuk bekerjasama
membangun kejayaan Partai Golkar. “Ini adalah demokrasi yang baru, kita
akan lakukan rekonsiliasi untuk seluruh kader Golkar, untuk pimpinan
partai dan untuk Indonesia, caketum yang lain juga akan saya rangkul
untuk bekerja bersama-sama,” katanya.
Selain itu, Setnov akan melepas jabatan sebagai Ketua Fraksi Golkar
DPR RI. “Sehingga saya bisa punya cukup waktu untuk bertemu kader di
seluruh daerah hingga ke kecamatan dan desa,” katanya. Ia menambahkan,
akan menyiapkan program 100 hari kerja, khusus untuk konsolidasi dan
menyiapkan strategi memenangkan pilkada serentak.(DN ~ PB).
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com