Denpasar, Dewata News.com – Mpu Jaya Prema Ananda, salah
satu pendeta yang ikut dalam Sabha Pandita mengatakan, kalau berbicara
soal PHDI, keputusan tertinggi ada pada Sabha Pandita. Keputusan itu
tidak dapat diutak-atik lagi oleh pihak lain.
Hal itu dikatakan Mpu Jaya Prema, Jumat (20/5), serangkaian dengan
pendapat Ketua Umum PHDI Sang Nyoman Suwisma yang mengatakan bahwa ada
pihak lain melakukan pembohongan publik dengan mengubah keputusan Sabha
Pandita terkait dengan Teluk Benoa. Suwisma mengatakan, ada oknum Sabha
Walaka mengubah-ubah keputusan Sabha Pandita soal Teluk Benoa. Padahal
yang dibahas beberapa hari lalu soal Kawasan Besakih dan Teluk Benoa
secara umum, bukan urusan tolak menolak proyek.
Mpu Jaya Prema mengatakan, rapat malam itu jelas keputusannya. “Ada
naskahnya, otentik. Pak Suwisma sendiri jadi saksi. Banyak walaka yang
hadir. Apanya yang mau diganti? Sebaliknya tim 9 sudah bubar,” katanya.
Mpu Jaya Prema yang ketika masih walaka bernama Putu Setia itu
menjelaskan, PHDI yang dibentuk di Campuan, Ubud, tahun 1957 adalah
kumpulan pandita. Namun ia membenarkan otak PHDI adalah pengurus harian
dan Sabha
Walaka. “Merekalah yang sepatutnya memantau masalah-masalah keumatan dan
kemudian membahasnya. Hasilnya diserahkan ke Sabha Pandita untuk
dibahas kembali. Jika perlu diambil keputusan. Tentu yang terkait dengan
keagamaan. Jadi tergantung welaka apa yang dibahas,” paparnya.
Namun kini, imbuh Mpu Jaya Prema, Sabha Walaka diisi aktivis LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat). “Mereka mengurus investor yang sangat
duniawi. Untung Sabha Pandita tidak mau terjebak sehingga tetap membahas
terkait kesucian, bukan urusan menolak atau setuju dengan urusan
proyek. Kalau begitu, lain kali ada bangunan jembatan, pasar stadion,
masak PHDI diminta memutuskan menolak atau menerima,” katanya.
Oleh karena itu, tegas Mpu jaya Prema, intinya kembalikan PHDI pada
tujuan awal, menjadi Majelis Agama Hindu. Ia berharap, pada Mahasabha XI
di Surabaya, Oktober 2016 mendatang, PHDI kembali ke jalan yang benar
dan memiliki manfaat bagi umat Hindu. (DN ~ PB)
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com