Pura Agung Pulaki, Dikelilingi Keindahan Alam, Banyak Dikunjungi Pengusaha - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/1/16

Pura Agung Pulaki, Dikelilingi Keindahan Alam, Banyak Dikunjungi Pengusaha



                                                   Candi Bentar Pura Pulaki.
Buleleng, Dewata News.com - Pura Agung Pulaki adalah salah satu pura dengan aura religius dengan keindahan alam memukau. Lokasinya berada di atas tebing berbatu menghadap langsung ke laut lepas dengan pemandangan sekitanya menawan dan berlatar belakang bukit berbatu terjal.

     Pura suci ini terletak di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tempatnya cukup strategis sebab berada di pinggir jalur Jalan Raya Singaraja-Gilimanuk.

     Berjarak sekitar  53 kilometer ke arah  barat Kota Singaraja, pura ini kerap disinggahi umat Hindu yang hendak bersembahyang saat kebetulan mereka lewat dari Gilimanuk menuju Singaraja atau sebaliknya.

     Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Pura Pulaki juga menjadi tempat pemujaan bagi keagungan jiwa Sri Patni Kaniten yang telah mencapai moksa. Sri Patni Kaniten mencapai moksa berkat ajaran ilmu keparamarthan yang dapat dengan mudah ia pelajari dari Danghyang Nirartha.

     Karena mampu menguasai ilmu tersebut hingga mencapai moksa, Sri Patni Kaniten dipuja sebagai dewa dan dianggap sebagai Bhatari Dalem Ketut. Berdasarkan tinjauan sejarahnya, pendirian Pura Pulaki terkait juga dengan Pura Dalem Melanting dalam hal tirthayatra dari Danghyang Nirartha.

    Pendirian pura yang tergolong sebagai Pura Kahyangan Jagat dan Dang Kahyangan tersebut diperkirakan pada masa pemerintahan Raja Gelgel, Dalem Waturenggong (1460-1552 M).

    Selain itu, Pura Pulaki yang letaknya tidak bagitu jauh dengan Pura Melanting dianggap sebagai predana-purusa atau sebagai tempat pemujaan untuk memohon kemakmuran ekonomi. Tak jarang orang yang datang ke pura ini adalah pedagang atau pengusaha.

     Penyungsung pura ini terdiri atas 42 desa adat dan desa lainnya yang ada di Kecamatan Gerokgak dan Seririt. Pura Pulaki disebut-sebut sebagai pusat pura Melanting di Bali, dengan enam Pura Pesanaakannya, yaitu Pura Melanting, Pura Pegaluhan, Pura Pabean, Pura Kerta Kawat, Pura Taman, dan Pura Pemuteran. Keenam pura tersebut berada berdekatan dengan Pura Pulaki.

    Di Pura Pulaki  juga  terdapat tempat yang tidak boleh sembarangan dimasuki bahkan oleh pemangku adat sekalipun. Tempat itu adalah pelinggih utama yang disebut dengan Utamaning Mandala. Demi menjaga kesuciannya,  tempat ini harus bebas dari cakar atau injakan kaki. Hanya pada acara atau upacara khusus saja—misalnya upacara ngenteg linggih maka pelinggih utama tersebut boleh dimasuki.

     Pura ini juga dipercaya merupakan warisan zaman prasejarah dilihat dari tata letak dan struktur pura yang identik dengan bentuk bangunan sarana pemujaan masyarakat prasejarah. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa alat perkakas yang terbuat dari batu berbentuk batu picisan, kapak dan lainnya pada 1987.

     Pura yang dominan dengan ornamen batu yang berwarna hitam juga memiliki jaba tengah. Pura yang menempel di kaki perbukitan ini membawa suasana lingkungan tersendiri ditambah dengan suara ombak di laut.

   Aturan berupa Banten Pejati sebaiknya sudah dipersiapkan, namun tutup keben-nya jangan dibuka agar tidak mengundang monyet yang banyak berkeliaran di sana. Semua aturan kecuali Canang dan Kewangen sebagai sarana sembahyang dimasukkan ke dalam tempat yang telah dikurung dengan kawat sehingga terhindar dari jamahan monyet-monyet di sana. Tidak perlu terganggu dengan kehadiran monyet-monyet itu karena memang rumahnya di sana.

    Selama ngaturang sembah para Pemangku Penyade akan menjaga kita dari gangguan monyet-monyet itu. Anakanak jangan diijinkan untuk membawa makanan di tangan mereka karena akan menjadi jarahan dari sang monyet, bebaskanlah tangan mereka dari makananmakanan kecil yang dibawa.

  Demikian juga setelah selesai melakukan persembahyangan jangan membagi-bagikan prasadam atau surudan dari Banten Pejati karena semua akan datang terkecuali kita ingin mengiklaskan semua prasadam itu untuk kawanan monyet. ~ rahayu ~

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com