Di Pulau Bali pada jaman Bali Kuna terdapat sekitar sembilan sekte keagamaan, yaitu Bhairawa, Pasupata, Siwa Sidanta, Waisnawa, Budha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Terjadilah persaingan yang sangat tajam di antara mereka. Masing-masing sekte menyatakan bahwa dewa pujaan mereka sendiri (istadewata) adalah yang paling utama sedangkan yang lain dianggap lebih rendah. Jadi, dari bidang keagamaan kondisi masyarakat Bali jaman itu terancam konflik.
Empu Kuturan yang sebagai penganut ajaran Buddha sangat memperhatikan kondisi Bali pada waktu itu. Maka dipandang perlu menghimpun para Pandita asal dari Jawa. Mereka adalah Empu Kuturan, Empu Smeru, Empu Gana, Empu Gni Jaya dan Empu Beradah. Mereka datang ke Bali, kecuali Empu Beradah yang tetap berada di Jawa. Mereka membuat pertemuan besar di Pura Samuan Tiga.
".........nguni duk pamadegan Cri Gunapriyadharmapatni Udayana Warmadewa, hana pasamuan agung Çiwa Budha kalawan Bali Aga, ya hetunya hana desa pakraman mwang kahyangan tiga maka kraman ikang desa para desa Bali Aga".
Artinya:
"....dahulu kala pada saat bertahtanya Cri Gunapriyadbarmapatni dan suaminya Udayana Warmadewa, ada musyawarah besar Çiwa Budha dan Bali Aga itulah asal mulanya ada desa pekraman dan Kahyangan Tiga sebagai tatanan kehidupan dan masing-masing desa Bali Aga.
Untuk menyatukan seluruh konsep yang berkembang dalam masing- masing sekte, maka Panca Pandita di bawah pimpinan Empu Kuturan memperkenalkan konsep Tri Murti yang sejak itu menjadi pegangan hidup masyarakat di Bali.
"Ndan len kita Buddha rupa Ciwa pati urip ikang tri mandala,Sang sangkan paraning sarat ganal alit kita ala ayu kojaring aji. Upetti stitti lilaning dadi kita katramanani paramarta Sogata.
Artinya:
"Tidak lain Engkau Buddha yang berupa Ciwa, berkuasa menghidup- matikan sekalian makhluk penghuni tiga alam semesta dan Engkaulah yang menjadi pokok asal sekalian kehidupan besar kecil di dunia, serta yang menciptakan adanya baik dan buruk, demikian ajaran agama yang berasaskan nilai-nilai kelahiran dan kematian yang diciptakan tiada lain oleh Engkau Ciwa-Buddha".
Pemahaman Ciwa-Buddha dan Tri Murti dijadikan dasar falsafah keagamaan di Bali. Konsep ini diterapkan di desa pakraman di Bali dalam bentuk Kahyangan Tiga. Di setiap keluarga didirikan bentuk Sanggah Kemulan.
Disarikan Made Tirthayasa dari berbagai sumber net.
Terima kasih Dewata News telah mengunggah saah satu warisan Leluhur krama Bali yaitu Candi Siwa Budha (Situs Budha) abad ke 10 yang berada di Kalibukbuk. Pada tahun 985 Maharani Sriwijaya Mahadewi sebagai Raja Bali, yang kemudian diganti oleh putranya yang termashur yaitu Sri Udayana Warmadewa sebagai Raja Bali.
ReplyDelete