Denpasar, Dewata
News.com — Gubernur
Bali Mangku Pastika mengatakan, banyak kalangan menduga air laut seperti air
dalam baskom. Jika air dalam baskom diisi benda tertentu, memang airnya meluab
atau tumpah. Namun air laut tidak demikian. Laut begitu luas. Jika pasang,
belahan laut lain akan surut, dan jika di sini surut di belahan laut lain akan
pasang.
Hal itu dikemukakan Gubernur atas pertanyaan wartawan, Jumat (15/04) di Press Room Kantor Gubernur Bali,
menyangkut sejumlah permasalahan, termasuk masalah yang diajukan Ida Pedanda
Sebali Tianyar dalam jumpa pers sebelumnya.
Beberapa hari sebelumnya, Ketua Sabha Pandita PHDI Bali Ida Pedanda
Sebali Tianyar mengatakan, soal pembangunan merupakan ranah pemerintah. Namun,
ada beberapa hal perlu penegasan. Misalnya kalau ada reklamasi, bagaimana air
laut yang naik melanda daerah pesisir? Bagaimana status tanah reklamasi. Siapa
yang memiliki wilayah itu dan seterusnya sampai menyangkut apa dampaknya bagi
masyarakat Bali di bidang ekonomi.
Mangku Pastika mengatakan, sebetulnya ia sudah memberikan gambaran kepada
Sulinggih yang pernah bertemu dengannya. Namun saat itu Ida Pedanda Sebali
Tianyar tidak hadir karena ada kegiatan lain.
Saat itu Mangku Pastika menjelaskan, reklamasi adalah HGB (Hak Guna
Bangunan), jika sudah habis, dapat dimiliki atau diteruskan. Status wilayah
Teluk Benoa merupakan milik negara, dan dari segi kesejahteraan kalau itu
dimanfaatkan, banyak manfaatnya bagi generasi muda Bali ke depan.
Namun demikian, jika ada Bhisama apa pun dari PHDI saya akan ikuti dan
sebagai orang Hindu akan tunduk dengan Bhisama itu. ”Sebagai gubernur, saya
akan tunduk dengan aturan dari pemerintah pusat,” kata Mangku Pastika.
Bagaimana soal kesucian? Menurut Pastika, di mana-mana ada tempat suci.
Di Kuta, Sanur, Nusa Dua banyak tempat suci. Termasuk di ruangan ini, ada
pelangkiran…, itu juga tempat suci. Kesucian dan suci yang paling mendasar
menurut logika saya, ada dalam hati sendiri, katanya serius.
Ia menjelaskan, secara pribadi, setiap orang memiliki sikap, bagaimana
memandang sebuah persoalan. Jangan dipaksa seseorang setuju atau tidak setuju,
sebab sebagai Gubernur dirinya harus mengayomi semua masyarakatnya yang pro dan
kontra terhadap sebuah proyek.
Di bagian lain, Gubernur mengatakan, jika diperlukan oleh Sulinggih, ia
tetap bersedia melakukan dialog. Hal serupa juga diadakan dengan tokoh-tokoh
masyarakat. ”Saya memang tidak mau berhadapan dengan demonstran yang
terang-terangan mencaci maki. Buat apa? Nanti kalau saya marah karena dicaci
maki, apa jadinya? Kan lebih baik kita berdialog dengan argumentasi masing-masing
di dalam ruangan seperti ini,” katanya.
Sebagai mantan polisi, Mangku Pastika
lebih senang melakukan dialog daripada demo-demo, yang dapat saja merusak aset
umum, mengganggu lalu lintas dan mengganggu ketertiban umum.
Di akhir perbincangan dengan wartawan yang dilakukan dengan santai itu,
Mangku Pastika secara pribadi tidak ada kepentingan dengan jadi atau tidaknya
reklamasi. Lanjut silakan, tidak lanjut silakan.
”Saya tidak ada kepentingan apa-apa. Namun sebagai pimpinan Bali saat
ini, saya hanya ingin memberikan gambaran, membuka peluang kerja untuk
anak-anak di masa depan, sebab banyak tamatan Perguruan Tinggi sekarang belum
bekerja,” katanya.
Di bagian lain, Mangku Pastika menjelaskan, di mana saja setiap daerah
memerlukan investtor sebab APBD tidak mampu menanggulangi sejumlah hal yang
harus ditangani oleh daerah yang bersangkutan. Anggaran daerah itu terbatas
dipakai menanggulangi kemiskinan, bedah rumah, Simantari, kesehatan,
Gerbangsadu, pendidikan, dana rutin untuk pegawai dan lain-lain. (DN ~ HuM).—
No comments:
Post a Comment
Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.
Terimakasih
www.dewatanews.com