Paket Surya Deklarasi di Baleagung, Santika Berang Dengan Puisi Waspadalah - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

4/18/16

Paket Surya Deklarasi di Baleagung, Santika Berang Dengan Puisi Waspadalah


Buleleng, Dewata News.com  Waspadalah, dijadikan tema puisi yang diisyaratkan Nyoman Santika selaku Kelian Dadia Pura Baleagung, terkait Pura Desa di”politisir” ajang mendeklarasikan Paket Surya (Dewa Nyoman Sukrawan-Gede Dharma Wijaya), Sabtu (16/04).

Adik kandung Made Hardika yang mantan anggota Fraksi PDIP DPRD Bali ini merasa kecewa berat, karena Pura yang sacral ini dijadikan tempat kegiatan politik.

Santika mengaku ketika itu dirinya merasa kecolongan dengan kegiatan deklarasi paket Surya yang akan mencalonkan sebagai pasangan bupati dan wakil bupati Buleleng dalam Pilkada 2017 melalui jalur independen di Baleagung. Ia yang tinggal di Desa Pemaron, siang itu pukul 12.00 Wita mendapatkan kabar melalui telepon, jika Sukrawan dan Dharmawijaya akan sembahyang di Pura Baleagung.

Saat mendapatkan kabar itu, ia selaku Klian Dadia langsung menuju pura untuk memebersihkan tempat persembahyangan. Sementara Sukrawan bersama Dharmawijaya dan sejumlah orang datang sekitar pukul 14.00 Wita untuk sembahyang. Ia pun tidak mempermasalahkan dan menerima siapapun yang datang dengan niat untuk sembahyang. 

Namun, menjelang selesai persembahyangan, massa telah berkumpul di halaman Pura Baleagung. Ia mengaku sempat meminta massa untuk pergi, karena mengganggu kesucian pura, tetapi upayanya itu tidak berhasil, massa justru semakin bertambah banyak yang datang.

“Saya lihat di halaman kok sudah banyak massa deklarasi bawa kempul medugdug. Saya kira setelah sembahyang selesai sudah urusan. Saya cari yang mengendalikan massa, jangan-jangan di sini, karena di sini tempat yang sakral. Tempat persembahyangan ini sudah diobok-obok,” katanya.

Usai persembahyanga, ia yang gagal untuk meminta pergi massa, sehingga memilih untuk pulang ke rumahnya di Desa Pemaron dengan perasaan sedih. “Saya merasa kecolongan dan malamnya menangis, kecewa karena tempat yang sakral ini sudah dipakai untuk kegiatan yang ada kepentingan tertentu. Saya nanti akan menghadap ke pak bupati (Putu Agus Suradnyana) menceritakan soal ini,” ucapnya.

Sepintas dapat dibaca puisi yang ditulis Nyoman Santika itu, ”Waspadalah. Kepik-kepik berloncatan. Oh.. ada kelelawar melayang di atas tegalan jagung gembal. Kemudian menukik dan bergayung di gembal-gembal jagung. Sambil menghirup mira masem memirnai dan mendarat di tepi telagaku yang bening, menukik di tepi telaga, nista..nista.. biarkanlah gembal-gembal jagungku yang mulai berbuah dan bertunas jangan kotori telagaku, pergilah ke pangkung-pangkung yang sepi dan jangan sekali bermimpi jadi elang di negeri ini"..

Ketika ditanya, Santika menyimak makna dari puisi ini siapapun yang datang (ke Baleagung) dengan niat tidak tulus, janganlah. ”Berikanlah kesucian, janganlah dikotori, itu perbuatan yang nista,” ujar Santika, Senin (18/04).

Banjar Baleagung selama ini dikenal sebagai tempat yang bersejarah, karena leluhur bangsa ini lahir dari wilayah itu. Dahulu Baleagung merupakan tempat kelahiran Ida Ayu Nyoman Rai Srimben. Di banjar yang bedampingan dengan Pura Baleagung ini pula bertemu Raden Soekemi, seorang guru SD asal Jawa dan lahirlah Soekarno, Proklamator sekaligus Presiden pertama RI.

“Saya memang niat maturan di situ kemarin. Saya tidak tahu juga ada massa di sana, ketika selesai maturan saya didesak untuk deklarasi ya saya deklarasi, tidak ada yang istimewa di situ. Saya memang hari itu maturan keliling, mungkin kebetulan saja ketemu di Baleagung, kalau ketemu di Panji ya deklarasi di Panji,” ujar Sukrawan saat ditemui di Posko Sahabat Sukrawan, Jalan Anggrek Singaraja, Senin (18/04).

Dikatakan, Baleagung sesungguhnya tempat milik umum dan siapapun berhak beraktivitas di dalamnya. “Baleagung ini kan milik bangsa, leluhur-leluhurnya juga leluhur bangsa, bukan milik salah satu partai. Kalau saya dihalangi untuk bertemu leluhur di sana oleh oknum di sana, ya tidak apa-apa. Saya akan sampaikan ke masyarakat, bahwa saya memang tidak diizinkan,” ungkapnya. (DN ~ TiR).—

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com