Gelar Melasti Serangkaian Karya PANCA WALI KRAMA di Pura Samuantiga - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

4/17/16

Gelar Melasti Serangkaian Karya PANCA WALI KRAMA di Pura Samuantiga


Gianyar, Dewata News. Com - Pemelastian serangkaian karya PANCA WALI KRAMA di Pura Samuantiga, melibatkan sejumlah pralingga dari 30 tempat suci di sekitar Pura Kahyangan Jagat Samuantiga. 

Prosesi pemelastian uang diawali dengan prosesi nedunan Ida Bhatara Pura Kahyangan Jagat Samuantiga dari Pengaruman pada.pukul 05.00 itu, disusul dengan keterlibatan pralingga dari pura lainnya untuk menuju Pantai Masceti tempat dilaksanakan ritual pemelastian. 

Pemelastian yang melibatkan lebih dari 15.000 orang itu, langsung menuju pertigaan Semebaung menuju Blahbatuh.  Sesampai di perempatan Blahbatuh rangkaian peserta pemelastian yang panjangnya hampir 4Km itu, ke arah timur.  Di lokasi SPBU Blahbatuh ke selatan hingga melintasi Desa Tojan dan Pering. Setelah memasuki wilayah Desa Keramas, untaian pengiring yanh didominasi pakian putih ini menuju selatan, di sisi timur Desa Keramas. 

Bertepatan dengan patung Maruti, pemelastian yang dikawal jajaran Polres Gianyar beserta Polsek Blahbatuh dan Polsek Gianyar bersama anggota pecalang desa pakraman yang dilintasi ini, menuju selatan melewati Desa Medahan dan memasuki kawasan Pantai Masceti sekitar pukul 11.00 wita.

Setelah melaksanakan prosesi taur uabg dipuput lima orang pedanda, yakni Ida Pedanda Gria Babakan Gianyar, Ida Pedanda Gede Djelantik Putra Tembuku dari Geria Eha Tampaksiring, Ida Pedanda Wayahan Bun dari Geria Sanur Pejeng Tampaksiring,  Ida Pedanda Gede Gede Putra Kanaka dari Geria Tenten Sukawati dan Ida Pedanda Jelantik Lila Arsa dari Geria Budha Sukawati. 
Setelah dilaksanakan persembahan upacara tawur, dilaksanakan mulang pakelem ke tengah samudra yang diikuti seorang panglingsir Puri Mengwi Kabupaten Badung. Dalam prosesi mulang pakelem ini juga disertai dengan melarung seekor kebo dan Bagia Pulekerthi.  

Setelah dilakukan persembahyangan bersama, iring iringan peserta pemelastian menuiu Lapangan Umum Astina Gianyar. Untuj menuju lapangan di depan Puri Gianyar ini, rombongan melewati Dusun Lebih Desa Kesian yabg selanjutnya melewati Desa Seronggo dan Abianbase sebelum memasuki Lapangan Astina yang sedang menggelar paneran terkait HUT Kota Gianyar ke 245 tahun ini.


Setelah dilakukan prosesi ritual dan memberikan kesempatan kepada warga sekitar kota menghaturkan sesajen dan menghaturkan persembahyangan, perjalanan dilanjutkan menuju Pura Samuantiga di desa Bedulu. Melewati Desa Beng, iring iringan ritual ini melintaso Desa Bitera dan kembali memasuki wilayah Dusun Margaengkala, Tegalinggah dan Semebaung. Setelah memasuku malam hari, rombongan memasuki Dusun Wanayu sebelum memasuki pelataran Pura Samuantiga. Sebelum memasuki area suci Pura Kahyangan Jagat Samuantiga, juga kaaturan Segehan Agung.  

Menurut Ketua Sabha Manggala Paruman Pura Samuantiga, Ida Bagus Made Parsa, pemelastian tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.  Pemelastian yang biasa dilaksanakan pada piodalan di tahun genap itu, selain dilaksanakan 11 hari setelah puncak piodalan di Pura Samuantga, pesertanya hanya 21 Pura yang ada di deda pakraman Margaengkala, Tegalinggah, Hyangloni di Desa Buruan, Wanayu Mas dan Taman, serta Desa Pakraman Bedulu, Tengkulak Kaja dan Desa Pakraman Tengkulak Tengah. 

"Karena tahun ini dilaksanakan taur Panca Wali Krama, disepakati untuk memberi kesempatan kepada warga penyungsung PURA DADIA maupun PEMERAJAN AGENG, untuk ikut serta dalam prosesi pemelastian ini," jelas Ida Bagus Made Parsa disela sela berjalan kaki menuju Lapangan Astina Gianyar. 

Dengan melibatkan 21 peserta pemelastian rutin ditambah peserta dari sembilan Pura Dadia dan pemerajan, disebutkan sesepuh Geria Gede Wanayu Bedulu ini, peserta pemelastian mencapai angka di ayas15.000 orang. " Kalau saya liat dari 30 tempat suci yang mengikuti pemelastian, sedikitnya 1.000 orang ikut mengiringi sasuhunan mereka," jelas Ida Bagus Parsa seraya mengakui peserta tidak hanya sekaa teruna banjar juga tanpak anak anak bersama  kedua orangtuanya mengikuti prosesi du tahunan itu. 

Ketua Paruman Penyungsung Pura Samuantiga, I Wayan Patera, M.Hum, mengakui perubahan waktu pemelastian itu didasarkan pada hasil paruman sulinggih November 2015 silam.  Dalam paruman itu selain di Pura Samuantiga yang menjadi tempat tercetusnya konsep Tri Murthi dan lahirnya desa pakraman, perlu dilaksanakan karya Panca Wali Krama juga diputuskan pemelastian saat Panca Wali Krama, dilaksanakan tiga hari menjelang puncak piodalan yang alan dilaksanakan 21 April 2016 mendatang. 

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com